kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Okupansi penumpang kapal Pelni di kuartal III-2020 melesat 452%


Jumat, 16 Oktober 2020 / 17:20 WIB
Okupansi penumpang kapal Pelni di kuartal III-2020 melesat 452%
ILUSTRASI. Okupansi penumpang Pelni naik di kuartal III


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Okupansi penumpang kapal PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT Pelni (Persero) pada kuartal III-2020 melonjak 4452% jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. 

Kenaikan jumlah penumpang diprediksi akan kembali terjadi. Mengingat, di bulan Oktober 2020 ini, Pelni akan mengoperasikan 25 dari 26 kapal penumpang. Salah satu diantaranya adalah docking KM Pangrango.

Pelabuhan tujuan Kapal Pelni masih ada beberapa yang ditutup yaitu sebanyak 18 pelabuhan karena adanya kebijakan dari Pemerintah Daerah (pemda). Oleh karena itu, manajemen terus mendorong pemerintah daerah di 18 wilayah pelabuhan yang masih melakukan  penutupan terbatas agar segera membuka diri mengingat periode akhir tahun yang akan memasuki masa peak season.

Kepala Kesekretariatan Perusahaan Pelni Yahya Kuncoro mengatakan, perusahaan selalu menjalankan protokol kesehatan secara ketat selama proses naik turun penumpang. 

Baca Juga: Pelni siap operasikan 23 kapal per September 2020, berikut jadwalnya

“Protokol kesehatan layanan kapal penumpang PELNI telah menjalankan pemeriksaan oleh pihak KNKT dan mendapatkan pengakuan yang memenuhi standar KNKT. Karena itu kami siap menjelaskan ini ke pihak Pemda untuk meyakinkan bahwa Kapal PELNI sudah memenuhi standar protokol kesehatan dan siap melayani masyarakat di 18 wilayah yang masih melakukan penutupan terbatas,” jelas dia saat paparan kinerja perusahaan, Jumat (16/10).

Yahya menambahkan, terdapat 50.000 lebih masyarakat yang memanfaatkan 18 pelabuhan tersebut tidak bisa menjalani aktivitas sosial ekonominya secara normal. 
“Kami turut prihatin kepada masyarakat yang terdampak secara ekonomi atas penutupan pelabuhan yang masih berlangsung sampai sekarang,” ungkap Yahya.

Sebagai informasi, wilayah Papua menjadi provinsi dengan jumlah pelabuhan terbanyak yang masih membatasi akses pelabuhannya per 26 September 2020. Di Papua, terdapat tiga pelabuhan yang melakukan penutupan penuh (Nabire, Agats, dan Merauke) dan empat pelabuhan dengan penutupan terbatas (Fakfak, Sorong, Serui, Jayapura). 

“Penutupan terbatas dilakukan dengan membatasi jumlah penumpang yang naik atau turun kapal di wilayah tersebut, disamping surat-surat yang wajib dimiliki penumpang yang akan turun atau naik di pelabuhan. Sementara penutupan penuh sama sekali tidak memberikan akses sandar kepada kapal, sehingga tidak dapat melakukan proses naik turun penumpang,” papar Yahya.

Baca Juga: Pelni maksimalkan layanan penumpang dengan protokol kesehatan ketat

Pelabuhan yang melakukan penutupan penuh antara lain Provinsi Maluku (Namrole dan Saumlaki); Provinsi Kepulauan Riau (Kijang, Letung, dan Tarempa); Kalimantan Timur (Bontang); Jawa Tengah (Karimun Jawa); dan Provinsi NTT (Lewoleba). Sementara pelabuhan yang melakukan penutupan terbatas antara lain Karimun Jawa (Jawa Tengah); serta Kisar, Moa, dan Tepa (Maluku).

Yahya juga menambahkan, permintaan maaf kepada masyarakat yang dilayani KM Pangrango karena kapal tersebut masih menjalani pemeriksaan dan perawatan kelaiklautan selama bulan Oktober. 

“Perawatan ini harus dilakukan untuk memastikan kapal Pelni dalam keadaan prima untuk melayani angkutan Natal dan Tahun Baru mendatang,” terang Yahya.




TERBARU

[X]
×