kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Optimalkan cadangan, PLN Disjaya dorong konsumsi listrik di luar waktu beban puncak


Rabu, 10 April 2019 / 09:32 WIB
Optimalkan cadangan, PLN Disjaya dorong konsumsi listrik di luar waktu beban puncak


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) berupaya mengoptimalkan pemakaian kapasitas daya. Strategi yang dipasang perusahaan setrum ini adalah dengan mendorong pemakaian listrik industri di luar waktu beban puncak (LWBP).

General Manager PLN Disjaya Ikhsan Asaad mengungkapkan bahwa terdapat selisih atau gap yang signifikan antara daya yang terpakai saat waktu beban puncak (WBP) dengan LWBP. Padahal, gap yang semakin besar akan menjadi beban PLN lantaran kapasitas pembangkit tidak termanfaatkan secara optimal.

"Pembangkit kan banyak dari PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), saat beban puncak semua pembangkit kami hidupkan. Harusnya basedload (pemikul beban dasar) nggak boleh naik turun, jadi makin banyak yang menggunakan listrik LWBP, makin bagus," jelas Ikhsan di Jakarta, Selasa (9/4).

Ikhsan menjelaskan, keandalan listrik di Jakarta Raya dipasok dari pembangkit di sistem kelistrikan Jawa-Bali. Kapasitas terpasang di sistem tersebut sekitar 34.550 megawatt (MW). Beban kelistrikan saat beban puncak mencapai sekitar 27.070 MW, sementara di luar beban puncak hanya sekitar 17.500 MW.

Adapun, total kapasitas daya di Jakarta sebesar 14.875 MW. Saat beban puncak, daya yang dipakai sebesar 4.638 MW hingga 5.051 MW, sementara di luar beban puncak bisa merosot hingga 30% dari jumlah tersebut.

"Ada kurvanya, di Jakarta kan beban puncak siang hari (jam kerja) sampai jam 7 malam itu sekitar 4.900 MW-5.100 MW, kalau lewat beban puncak lebih rendah, 3.200 MW atau 30% dari situ," terang Ikhsan.

Untuk mengoptimalkan daya mampu tersebut, lanjut Ikhsan, PLN Disjaya mendorong konsumsi listrik industri dengan memberikan insentif. Yakni berupa diskon tarif listrik sebesar 30% saat pemakaian LWBP.

Ikhsan mengatakan, diskon tersebut diberikan kepada industri yang tetap menjaga tingkat konsumsi listriknya saat LWBP atau pada pukul 23:00 hingga 08:00 WIB. Dengan begitu, konsumen industri bisa diuntungkan dengan diskon 30% dari tarif normal yang sebesar Rp 1.035 per kilowatt per jam (kWh) untuk pengguna tegangan menengah dan Rp 996,74 per kWh untuk pengguna tegangan tinggi.

"Dengan begitu di sisi pelanggan ada manfaat diskon tarif dan juga produktivitas, di sisi PLN kami bisa mengoptimalkan pembangkit pada saat beban rendah," ungkap Ikhsan.

Ikhsan pun bilang, pelanggan industri bisa memberikan dampak signifikan karena merupakan pemakai listrik terbesar. Ikhsan menjelaskan, dari 4,3 juta pelanggan PLN Disjaya, pelanggan terbesar memang berasal dari segmen rumah tangga dengan porsi sekitar 60%.

Namun, untuk pemakaian listrik, segmen industri dan bisnis memegang porsi terbesar dengan 40%-50%. Adapun, jumlah industri berskala besar yang menjadi pelanggan PLN ada sekitar 800 perusahaan.

"Jadi kalau jumlah lebih banyak rumah tangga, tapi kalau penggunaan (listrik) per kWh, banyak segmen industri-bisnis," terangnya.

Sebagai informasi, program diskon untuk konsumsi listrik industri saat LWBP ini merupakan kelanjutan dari program yang dijalankan PLN Disjaya selama tahun 2015 hingga Oktober 2018. Ketika itu, baru ada 100 pelanggan industri yang mengikuti program tersebut.

Ikhsan berharap, program yang akan berlangsung hingga Desember 2020 ini bisa menjaring lebih banyak lagi industri yang memakai listrik saat LWBP. "Kami targetkan sebanyak-banyaknya industri, untuk mengoptimalkan pemakaian listrik di luar beban puncak," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×