kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar fisik lesu, industri ternak dan olahan jajal penjualan melalui e-commerce


Minggu, 03 Mei 2020 / 19:23 WIB
Pasar fisik lesu, industri ternak dan olahan jajal penjualan melalui e-commerce
ILUSTRASI. Harga Ayam Turun: Peternak memeriksa ayam di Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/4). Harga ayam hidup di tingkat peternak anjlok mencapau Rp10.000 per Kilogram, dibawah harga ketentuan pemerintah yang Rp19.000 - Rp21.000 per Kilogram. Hal ini disebabkan stok mel


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kanal digital e-commerce tampaknya akan menjadi penyokong bagi industri peternakan dan makanan olahan di bulan Ramadan. Dalam hal ini, transaksi digital yang tidak memerlukan kontak fisik dinilai bisa menjadi daya tarik untuk memacu permintaan di tengah kunjungan ke toko fisik yang menurun drastis akibat pandemi corona (covid-19).

Sugeng Wahyudi, selaku Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan) mengatakan jumlah kunjungan pembeli ke pasar tradisional pasca pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) relatif rendah bila dibandingkan biasanya.

Akibatnya, permintaan ayam anjlok hingga sekitar 40% bila dibandingkan kondisi normal. Sugeng tidak memungkiri, bahwa permintaan ayam di minggu pertama bulan Ramadan memang sempat terangkat sekitar 10% bila dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Baca Juga: Peternak ayam minta pemerintah beri dukungan di tengah pandemi corona

Namun demikian, kenaikan tersebut tetap belum mampu mengangkat permintaan secara keseluruhan sehingga permintaan di bulan Ramadan tahun ini masih tetap lebih rendah bila dibanding permintaan pada kondisi normal.

“Mulanya permintaan turun sekitar 40%, awal puasa permintaan naik 10%, artinya sekarang penurunannya jadi 30%,” kata Sugeng kepada Kontan.co.id pada Sabtu (2/5).

Di sisi lain, peternak juga tengah dihadapkan dengan persoalan pasokan ayam berlebih alias oversupply yang sudah terjadi sejak sebelum adanya penerapan PSBB.

Hal membuat harga jual di tingkat peternak menjadi lebih rendah dibanding biaya produksi. Akibatnya, alih-alih untung, peternak justru jadi terpaksa harus menanggung rugi.

Sugeng mencatat, di awal bulan April 2020 saja misalnya, biaya produksi mencapai Rp 18.000 per kg. Sementara harga jual di kandang hanya sebesar Rp 8.000 per kg. Artinya, peternak harus menanggung rugi sebesar Rp 10.000 per kg di awal April 2020.




TERBARU

[X]
×