kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelaku industri farmasi desak BPOM segera keluarkan izin edar obat penangkal DBD


Minggu, 29 Maret 2020 / 17:27 WIB
Pelaku industri farmasi desak BPOM segera keluarkan izin edar obat penangkal DBD
ILUSTRASI. Pratoto S. Raharjo, pria yang kini menjabat sebagai Direktur PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA). KONTAN/Akhmad Sadewa


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak 2016 sampai sekarang, obat penangkal virus Demam Berdarah (DBD) dari tanaman Melaleuca Alternifolia atau tea tree, berusaha menembus izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Padahal saat ini sudah ada perusahaan lokal yang telah mengantongi izin klinis dan mampu produksi masal obat tersebut. 

Perusahaan lokal yang berjibaku meminta izin edar tersebut adalah PT Neumedik Jaya, salah satu pemegang saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) sebanyak 5,25%. Digaungkannya lagi permintaan obat ini karena melihat fenomena kasus DBD yang menjangkit beberapa daerah di tengah mewabahnya Covid-19. Selain itu, obat ini ditengarai bisa menangkal gejala awal Corona. 

Baca Juga: Pratoto Raharjo, Direktur Itama Ranoraya (IRRA) yang piawai kembangkan dana di saham

Pratoto Raharjo, Direktur Itama Ranoraya menjelaskan obat berbahan MAC ini kalau di luar negeri dikenal dengan nama AviMAC, jika dapat izin edar namanya untuk di dalam negeri menjadi EniMAC.  "Adapun Neumedik sebagai sister company IRRA sudah bekerjasama dengan Australia untuk mengembangkan obat yang termasuk dalam kategori herbal ini," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (27/3). 

Pratoto bilang pada dasarnya produk ini untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sederhananya dengan minum obat ini, virus akan diblok sehingga tidak bisa dapat makanan dari tubuh yang menjadi wadahnya. Alhasil, virus tersebut akan mati sendiri.

Pratoto bilang pengembangan obat ini di dalam negeri sudah sampai tahap produksi sampel obat hingga 63.000 butir. Di saat yang sama produksinya juga ditunjang dengan berhasilnya perusahaan menanam tea tree yang kandungannya mirip dengan tanaman yang dikembangkan di Australia. "Kami sudah menanamnya di  Cilacap dan Purwokerto," ujar Pratoto.  

Adapun sejauh ini Pratoto menjelaskan perusahaan sudah mampu mengubah bentuknya dari tanaman ke tea tree oil. Lantas langkah selanjutnya untuk diubah menjadi ekstrak MAC memang masih perlu impor minyak khusus dari Australia. Setelah bahan diekstrak, perusahaan sudah bisa mandiri mengemasnya ke dalam kapsul. Pratoto menegaskan produk ini tidak diperjual-belikan, tetapi dibagikan sukarela. 

Baca Juga: Penderita Covid-19 Bertambah, Pasokan Alat Penguji Cepat Ditambah

Pratoto mengungkapkan, selama ini obat tersebut sudah dikonsumsi orang yang terjangkit demam berdarah dan dalam kurun waktu 2-3 hari bisa pulang dari rumah sakit. Adapun dia juga menyatakan, obat ini juga sudah dikonsumsi orang terpapar Corona yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di Lembang. Pratoto bilang hasilnya pun baik. 

"Saat ini kami sedang berusaha bagaimana dapat izin dari BPOM, minimal untuk disumbangi saja agar bisa menolong," ungkapnya. 

Sejauh ini obat ini diklaim Pratoto telah mengantongi izin klinis. Jikalau izin bisa keluar, Pratoto menyatakan sudah siap memproduksi masal, sesuai kebutuhan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×