kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembentukan subholding gas semakin terang


Senin, 21 Mei 2018 / 19:18 WIB
Pembentukan subholding gas semakin terang
ILUSTRASI. Konferensi pers Pertagas, Pertamina dan PGN


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk pertama kalinya pimpinan PT Pertamina Gas (Pertagas) dilibatkan dalam acara konferensi pers terkait holding BUMN migas yang digelar Senin (21/5) siang. Dalam kesempatan itu, pelaksana tugas harian (Pth) Dirut Pertagas Indra Setyawati berdampingan dengan Direktur PIMR PT Pertamina (persero) Gigih Prakoso, dan Direktur Utama Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Jobi Triananda Hasjim.

Acara konferensi pers bersama itu memberikan kesan tidak ada lagi api dalam sekam alias tidak ada permusuhan lagi antara Pertagas dan PGN pasca terbentuknya holding BUMN migas pada April 2018 lalu. Indra dan Jobi sama-sama kompak menjawab terkait masa depan kedua perusahaan yang akan bersatu dibawah kendali PGN dalam subholding gas.

Menurut Indra, pembentukan subholding gas akan membuat infrastruktur yang sudah ada namun terpisah akan diintegrasikan seperti proyek Gresik-Semarang, Gresik-Pusri, Duri-Dumai, dan Aru-Belawan hingga kawasan industri Sei Mangkei. "Tinggal lanjutkan, dengan adanya holding bisa kami integrasikan daerah yang banyak pasokannya misalnya dari Conocophillips yang bisa salurkan ke Jawa atau di Sumatra dan pasokan dari Jawa Timur ke Jawa Barat atau sebaliknya,"jelas Indra Senin (21/5).

Jobi menambahkan PGN dan Pertagas terkadang memiliki pasokan gas yang besar di Jawa Barat atau Jawa Timur. Tapi terkadang juga terjadi kekurangan pasokan gas.

Sayangnya pipa gas Pertagas dan PGN tidak ada yang bisa terhubung dari Jawa Barat hingga ke Jawa Timur. Sehingga masih ada blank spot di wilayah Semarang, Cirebon, dan Cilamaya. Dengan adanya integrasi Pertagas dan PGN maka pipa gas di Wilayah Jawa Barat hingga Jawa Timur bisa saling terhubung.

"Diharapkan kami bersatu dengan Pertagas di bawah induk Pertamina itu bisa jadi kenyataan. Terlebih lagi ada kebutuhan gas untuk Bandara Kertajati dan Pelabuhan Petimbang, dengan adanya holding BUMN migas maka bisa disediakan gas di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat,"ujar Jobi.

Nah, untuk mekanisme integrasi sendiri, Jobi bilang Pertagas akan menjadi anak usaha PGN melalui mekanismen akusisi. Rencananya pada 26 Juni 2018 mendatang PGN akan menyelesaikan valuasi Pertagas.

Kemudian PGN akan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 29 Juni 2018 untuk memberitahu pemegang saham terkait persetujuan nilai valuasi dan rencana akusisi Pertagas menjadi anak usaha PGN.

Gigih meminta agar seluruh transaksi dalam integrasi PGN dan Pertagas diselesaikan dengan wakuyang telah ditentukan dan diproses sesuai aturan yang berlaku. "Valuasi kami gunakan appraisal yang sesuai dan melibatkan BPKP untuk memberi pendampingan sehingga integrasi bisa sesuai kaidah bisnis yang berlaku saat ini dan bisa diterima secara umum,"kata Gigih.

Nah, hingga proses valuasi tersebut berjalan, Jobi menyebut integrasi operasi PGN dan Pertagas terus berjalan. Masing-masing perusahaan pada tahun ini akan tetap menjalankan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) masing-masing. RKAP PGN dan Pertagas baru akan dilebur pada tahun 2019.

Sejauh ini, Pertagas sendiri sudah menghitung biaya untuk pengembangan pipa distribusi pada tahun ini sebesar US$ 100 juta. Sementara untuk pengembangan pipa transmisi Pertagas tahun ini mencapai sebesar US$ 150 juta.

Sementara PGN berencana menggelontorkan dana sebesar US$ 668 juta sebagai capital expenditure (capex) perseroan tahun ini. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun infrastuktur di Indonesia Timur.

Setelah subholding terbentuk, maka PGN dan Pertagas memiliki target-target baru yaitu peningkatan kapasitas dan volume pengelolaan sebesar 3.000-6.000 mmscfd, peningkatan pendapatan hingga US$ 0,5-1 miliar per tahun, pelaksanaan joint marketing and sales, optimalisasi pasokan gas sebesar 1.400 mmscfd, peningkatan efektifitas dan efisiensi dari biaya operasi dan investasi sehingga harga gas di bawah US$ 8/mmbtu, penguatan struktur permodalan dari peningkatan kapasitas investasi sebesar US$ 15,5 miliar, dan pendekatan terpadu dan terkoordinasi ke regulator.

Lalu, bagaimana dengan nasib karyawan Pertagas dan PGN? Kementerian BUMN sendiri menjamin tidak akan ada pengurangan karyawan baik PGN maupu Pertagas.

Deputi Bidang Pertambangan dan Industri Strategis Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menegaskan perubahan status PGN yang kini menjadi anak usaha Pertamina maupun Pertagas tidak akan merugikan para karyawan yang bekerja di kedua perusahaan tersebut. Mengutip Buku Putih Pembentukan Holding BUMN Migas, Fajar bilang tidak ada pengurangan jumlah karyawan di setiap perusahaan.

"Pembentukan holding BUMN Migas tetap mempertahankan 100% pekerja yang ada saat ini dan juga tidak ada perubahan kompensasi dan benefit bagi karyawan," kata Fajar Senin (21/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×