kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan keramik diperkirakan tumbuh 5% hingga 6% di tahun depan


Minggu, 29 Desember 2019 / 12:51 WIB
Penjualan keramik diperkirakan tumbuh 5% hingga 6% di tahun depan
ILUSTRASI. Asosiasi memperkirakan, penjualan keramik akan tumbuh 5% hingga 6% pada tahun 2020.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) memproyeksikan penjualan industri keramik mampu bertumbuh 5% hingga 6% di tahun depan. Salah satu faktor pendukungnya dari sektor menengah ke bawah.

Ketua umum Asosiasi Aneka Industri Kermaik Indonesia, Edy Suyanto mengatakan proyeksi tersebut akan ditopang kegiatan pemerintah di sektor menengah ke bawah yakni program pembangunan sejuta rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

"Selain itu juga ada proyek rusunawa, program dana desa dan proyek-proyek  lainnya di bidang infrastruktur," jelasya kepada Kontan.co.id, Sabtu (28/12).

Baca Juga: Pengusaha minta Perpres No 40 Tahun 2016 segera direalisasikan

Sedangkan untuk keramik segmen menengah ke atas, Edy masih berharap banyak kepada  pertumbuhan industri properti.

Meski diproyeksikan tumbuh, industri keramik bakal menghadapi sejumlah tantangan di tahun depan. Edy mengungkapkan ada beberapa aral melintang yang akan dialami industri keramik, yakni gempuran keramik impor dan harga gas yang mahal.

Mengenai keramik impor, kata Edy, penerapan tindakan pengamanan berupa tarif (safeguard) terhadap produk dari China yang berlaku mulai Oktober 2018 tidak memberikan dampak yang signifikan.

Edy mengutip data Badan Pusat Statistik periode Januari sampai dengan September 2019,  total impor keramik hanya menurun 24% dan sebaliknya impor keramik dari India melonjak 2.000%  dan Vietnam meningkat 60%.

Baca Juga: Cahayaputra Asa Keramik (CAKK) Genjot Kapasitas Produksi

Kendala lain yang akan dihadapi industri keramik adalah lemahnya daya saing industri karena harga gas yang mahal dibanding negara-negara pengimpor keramik seperti China, Vietnam dan India. "Seperti diketahui komponen biaya yang terbesar di dalam industri keramik adalah biaya energi gas yang berkisar 30% sampai 45%," kata Edy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×