kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peternak Desak Pemerintah Perbaiki Tata Niaga Ayam Ras


Minggu, 02 September 2018 / 21:06 WIB
Peternak Desak Pemerintah Perbaiki Tata Niaga Ayam Ras
ILUSTRASI. Petugas memberi pakan ayam di peternakan ayam pedaging


Reporter: Annisa Maulida | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) mengklaim produksi ayam ras dalam negeri sampai akhir tahun berpotensi surplus hingga 10,84% atau mencapai 3,38 juta ton dari kebutuhan 3,05 juta ton.

Meskipun surplus, tapi harga ayam pedaging di paruh pertama 2018 dan di awal paruh kedua 2018 sempat naik tinggi hingga Rp 50.000 per kilogram (kg) dari harga rata-rata Rp 33.000 per kg di pasar. Peternak menuding kenaikan harga ayam ini hanya menguntungkan pedagang.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko mengatakan hasil audit Kemtan terhadap produksi ayam ras dalam negeri sesuai dengan kenyataan di lapangan. Namun, persoalannya tata niaga penjualan ayam ini yang bermasalah sehingga mendongkrak harga ayam meskipun pasokan surplus.

"Yang diuntungkan kenaikan harga ayam itu pedagang, kalau kami peternak sendiri malah merugi, sementara ekspor kita belum mampu," ujarnya kepada KONTAN, Ahad, (2/9).

Ia menjelaskan, harga ayam ditingkat peternak saat ini sekitar Rp 15.000 - Rp 16.000 per kg atau masih di bawah Harga Pokok Produksi (HPP). Sementara HPP yang ditetapkan pemerintah Rp 19.000 per kg. Dengan demikian, peternak mengalami kerugian rata-rata Rp 4.000 per kg.

Untuk itu Pinsar mendesak pemerintah membenahi tata niaga penjualan ayam ras agar menguntungkan peternak dan konsumen. Menurutnya dengan HPP Rp 19.000 per kg di kandang, maka harga ayam ras di pasar idealnya Rp 28.000 - Rp 30.000 per kg. Hanya saja faktanya saat ini harga ayam justru masih bertahan tinggi Rp 35.000 - Rp 40.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×