kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

POLY sarankan diskon tarif listrik industri diberlakukan pada jam sibuk


Kamis, 13 Februari 2020 / 18:26 WIB
POLY sarankan diskon tarif listrik industri diberlakukan pada jam sibuk
ILUSTRASI. agung.hidayat-By agung. Direksi POLY-PT Asia Pacific Fiber, TBK (POLY) optimis meraih bottomline yang positif di tahun depan


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asia Pacific FibersTbk (POLY) menyambut baik rencana pemerintah memberikan potongan tarif listrik industri.

Meski belum pasti besaran diskonnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan untuk bisa meningkatkan daya saing maka paling tidak perlu potongan 15%. Diskon ini rencananya akan diberikan untuk penggunaan listrik pada pukul 22.00-05.00 atau 22.00-06.00. Ini berlaku untuk industri yang beroperasi 24 jam.

Baca Juga: Asia Pacific (POLY) menyebut hasil akuisisi ADVANSA bisa terlihat di kuartal III 2020

Corporate Communications Asia Pacific Fibers Prama Yudha mengatakan kebijakan ini akan cukup berdampak untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Hanya saja, aturan ini justru akan efektif bila diberlakukan pada jam sibuk.

"Yang paling efektif menurut saya adalah penghilangan koefisien beban puncak yang saat ini dikenakan pada jam sibuk. Menurut saya akan lebih nendang kalau koefisien tersebut dihilangkan. Ini dari aspek listrik ya," jelas Prama, Kamis (13/2).

Selama ini tagihan listrik bulanan Asia Pacific Fibers berada di kisaran Rp 30 miliar - Rp 40 miliar. Maka dalam satu tahun, beban listrik perusahaan mencapai Rp 360 miliar - Rp 480 miliar.

Baca Juga: POLY siap tingkatkan kerja sama dengan produsen polyester Eropa

Menurut Prama, energi merupakan komponen harga terbesar kedua setelah bahan baku. Namun, saat ini perusahaan masih perlu menghitung lagi seberapa besar dampak dari aturan ini bisa menekan biaya dan meningkatkan margin perusahaan.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2019, perusahaan merogoh kocek sebesar US$ 36,63 juta untuk kebutuhan listrik dan gas. Jumlah tersebut naik 2,52% secara tahunan (yoy) dari US$ 35,72 juta di kuartal III-2018.

Jumlah tersebut setara 11,72% dari total beban yang sebesar US$ 312,59 juta. Di mana dari total tersebut sebesar US$ 290,04 juta merupakan beban pokok penjualan.

Lebih lanjut, Prama melihat tahun ini sektor tekstil dan produk tekstil masih membutuhkan obat kuat dari pemerintah terutama karena produk China dengan harga jauh di bawah normal sudah membanjiri pasaran.

Baca Juga: Dorong produk bernilai tambah, Asia Pacific (POLY) proyeksi tumbuh 10% di 2020

"Kita perlu perbaikan dan obat kuat dari pemerintah karena perlu pemulihan daya saing yang kritikal," jelas dia.

Menurutnya ada dua hal yang diharapkan dapat dilakukan pemerintah. Pertama, membatasi impor cukup kepada produk yang belum diproduksi atau kapasitas di dalam negeri kurang. Kedua, secara pararel memperbaiki daya saing melalui tiga isu krusial yaitu energi, logistik dan mesin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×