kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi jahe 2017 diprediksi naik 15%


Rabu, 08 Maret 2017 / 12:31 WIB
Produksi jahe 2017 diprediksi naik 15%


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Tanaman jahe merupakan salah satu rempah-rempah yang cukup diminati di pasar ekspor. Selain sebagai campuran makanan dan minuman, jahe umumnya diburu oleh industri jamu tradisional dan industri farmasi.

Tahun ini, produksi jahe diperkirakan meningkat sekitar 10%-15% dibanding tahun lalu menjadi sekitar 170.000-180.000 ton. Seperti diketahui, tahun lalu, realisasi produksi jahe sekitar 160.000 ton.

Kabul Indarto, Ketua Asosiasi Petani Jahe Organik (Astajo) mengatakan, ada tiga jenis jahe Indonesia, yakni jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah. Ketiganya punya pasar masing-masing. Misal, jahe gajah lebih banyak diminati pasar ekspor. Sedangkan, jahe emprit dan jahe merah lebih banyak dikonsumsi masyarakat lokal.

"Permintaan jahe gajah sangat tinggi di Belanda sebagai bahan baku minuman. Malah masyarakat dalam negeri  jarang yang mengonsumsi," ujar Kabul, Minggu (5/5). Selain dikonsumsi, Belanda adalah negara pengepul jahe gajah di Uni Eropa. Menurut Kabul, Belanda menjual lagi jahe gajah tersebut ke beberapa negara Eropa dengan harga tinggi.

"Produksi kita melimpah, tapi sepertinya permintaan bakal sepi," ujar Kabul.

Kabul memperkirakan, ekspor jahe gajah tahun ini akan melesu. Pasalnya, panen raya jahe di China dianggap menghambat ekspor jahe gajah dari Indonesia. "China sedang panen raya dan mereka jual murah," ujar Kabul.

Melimpahnya produksi jahe asal China akan menyebabkan jahe gajah asal Indonesia kalah bersaing. Harga jahe gajah Indonesia di pasar ekspor anjlok. Biasanya dapat dijual dengan harga Rp 10.000 per kg, saat ini hanya Rp 2.500 per kg Rp 3.000 per kg. Sedangkan pasar lokal sangat sedikit menyerap jahe gajah.

Tak hanya pasar ekspor yang diperkirakan melesu, pasar domestik pun diperkirakan demikian. Permintaan jahe emprit dan jahe merah di dalam negeri biasanya hanya untuk industri jamu dan farmasi. "Saat ini yang jelas kondisinya, jahe melimpah, tapi sedikit yang menyerap. Jahe merah dan jahe emprit hanya petani tertentu saja yang sudah punya kontrak dengan industri-industri jamu," terang Kabul.

Ia memperkirakan penurunan penyerapan hingga 30%. Saat ini, harga jahe emprit untuk dalam negeri Rp 5.000 Rp 6.000 per kilogram (kg) dan jahe merah Rp 15.000 Rp 20.000 per kg. Untuk menyiasti hal tersebut, para petani jahe mengekspor jahe dalam bentuk rajang kering.

Jika dijual dalam bentuk rajang kering dapat meningkatkan nilai jual, menjadi Rp 20.000 per kg. Permintaan ekspor jahe rajang kering ini biasanya dari Bangladesh, Vietnam, dan Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×