kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produsen CPO memandang India sebagai pasar ekspor yang penting


Rabu, 15 Januari 2020 / 16:37 WIB
Produsen CPO memandang India sebagai pasar ekspor yang penting
ILUSTRASI. Produsen CPO memandang India sebagai pasar ekspor yang penting. KONTAN/Baihaki/14/6/2019


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen minyak sawit mentah (CPO) bakal dapat kesempatan baik di tengah kabar India memboikot produk CPO Malaysia. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) misalnya juga mengakui kesempatan tersebut.

Swasti Kartikaningtyas, Sekretaris Perusahan SSMS mengatakan baik Indonesia maupun Malaysia ialah produsen terbesar minyak sawit di dunia. "Jadi ada kemungkinan konsumen India beralih ke minyak sawit Indonesia," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (15/1).

Baca Juga: Fokus pada segmen di luar CPO, begini strategi sejumlah emiten sawit menyongsong 2020

Adapun perseroan sudah mengekspor ke negara India tersebut, bersamaan dengan negara Asia Selatan lainnya seperti Pakistan dan Bangladesh. Sayangnya manajemen enggan memberikan rincian porsi ekspor tersebut.

Namun demikian, kondisi ini bukan berarti produsen CPO berada di atas angin. Menurut Swasti industri tidak bisa hanya mengandalkan hal ini, karena pasti Malaysia akan mencari titik temu dalam permasalahan boikot tersebut.

Baca Juga: Sawit Sumbermas (SSMS) siapkan belanja modal Rp 617 miliar di 2020, untuk apa saja?

Untuk itu perusahaan tetap berusaha memperlebar jangkauan pasarnya, di tengah tren harga CPO yang mulai membaik. "Untuk harga kita masih berharap reli kenaikan harga CPO akan tetap berlanjut dan juga diharapkan dari efek penerapan B30," terang Swasti.

Di tahun 2020 perseroan juga tetap berusaha mengerek produksi, meski diawal tahun musim penghujan SSMS percaya diri karena memiliki manajemen pengelolaan air yang baik. 

Adapun di tahun ini perseroan sempat memproyeksikan produksi di level 572.000 ton, atau naik dibandingkan target produksi di tahun kemarin yang mencapai 457.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×