kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ramadan, penjualan gula kelapa melonjak


Kamis, 08 Juni 2017 / 10:59 WIB
Ramadan, penjualan gula kelapa melonjak


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Permintaan terhadap produk gula kelapa meningkat drastis di saat bulan Ramadan dan mendekati Lebaran. Selama bulan Ramadan ini, penjualan gula kelapa melonjak 30% hingga 50% dari biasanya. Hal itu terjadi karena banyak kalangan masyarakat yang membuat aneka kue dan kolak sebagai makanan berbuka puasa.

Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) Amrizal Indroes mengatakan, rata-rata produksi gula kelapa di Indonesia dalam setahun mencapai 300.000 ton hingga 350.000 ton. Artinya dalam sebulan permintaan terhadap gula kelapa antara 25.000 ton hingga 29.100 ton.

Namun pada saat bulan Ramadan permintaan bisa melonjak menjadi 34.000 ton hingga 43,500 ton. "Kenaikan permintaan ini tidak saja pada gula kelapa, tapi juga pada santan kelapa dan produk olahan dari buah kelapa lainnya," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (7/6).

Kendati permintaan terhadap gula kelapa tinggi, tapi harga gula kelapa di tingkat petani masih rendah. Amrizal mengatakan saat ini rata-rata harga gula kelapa di petani hanya sekitar Rp 14.000 - Rp 18.000 per kilogram (kg). Padahal harga gula kelapa di pasaran sudah rata-rata Rp 41.000 - Rp 42.000 per kg.

Rendahnya harga gula kelapa di tingkat petani membuat minat petani mengembangkan produksi kelapa minim. Bahkan untuk biaya peremajaan kelapa saat ini pun tidak ada. Akibatnya sebagian lahan kelapa diganti kelapa sawit.

Ketua Umum Dewan Kelapa Indonesia Irawadi Jamaran menambahkan, pemerintah perlu memangkas jalur perdagangan gula kelapa agar petani bisa mendapatkan harga yang tinggi. Sebab, kenaikan harga gula kelapa di pasaran justru dinikmati para pedagang. "Padahal bila pemerintah memutus rantai panjang penjualan gula kelapa, harganya bisa lebih murah di pasaran dan lebih tinggi di petani," ujarnya.

Selain itu, menurutnya, penyebab mahalnya harga gula kelapa karena pasokan yang minim sebab banyak yang diekspor. Petani kelapa lebih suka menjual buah kelapa ke pasar ekspor karena harganya lebih tinggi dan pembayaran lebih cepat dibandingkan bila dijual di dalam negeri.

Ia mengambil contoh harga kelapa petani rata-rata seharga Rp 1.000 per butir, sementara dijual ke konsumen bisa mencapai Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per butir. Ketidakadilan ini justru yang membuat petani kelapa lebih memilih ekspor ketimbang menjual di pasar lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×