kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Redam faktor China, batubara perlu diversifikasi pasar


Rabu, 10 Oktober 2018 / 20:25 WIB
Redam faktor China, batubara perlu diversifikasi pasar
ILUSTRASI. Bongkar muat batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) Oktober 2018 tertekan diangka US$ 100,89 per ton, atau turun sekitar 3,74% dibandingkan HBA bulan September sebesar US$ 104,81 per ton. HBA dua bulan terakhir itu pun mengalami penurunan dibandingkan HBA Agustus 2018 yang berada di angka US$ 107,83 per ton.

HBA tersebut telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri (Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 1974 K/30/MEM/2018 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan untuk Bulan Oktober Tahun 2018. 

Penurunan HBA tersebut antara lain disebabkan oleh pergerakan variabel yang membentuk HBA, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platss 5900 pada bulan sebelumnya.

Namun, seperti yang dikatakan oleh oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Ditjen Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Sri Raharjo pada awal bulan ini, faktor penurunan permintaan dari China menjadi dominan yang menekan harga batubara. Selain karena faktor cuaca, adanya kebijakan proteksi impor menjadi sebab menurunnya permintaan batubara dari China.

“Masing-masing negara ada policy, juga faktor musim. China ada pembatasan impor, ada beberapa pelabuhan di selatan yang ditutup. Otomatis jadi turun (permintaan), karena kita kan banyak ekspor ke situ,” kata Sri.

Hal itu juga diamini oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia. Bahkan, ia menyebut bahwa tren penurunan harga telah terjadi sejak bulan Agustus hingga saat ini. Khususnya untuk batubara kalori menengah dan rendah (GAR 5.000 ke bawah).

“Terutama memang disebabkan China yang sudah mengurangi demand untuk batubara kalori rendah, sementara pemasok terbesarnya Indonesia,” kata Hendra.

Merujuk data dari Subdirektorat Pengawasan Usaha Operasi Produksi dan Pemasaran Batubara Ditjen Minerba Kementerian ESDM, diketahui bahwa China mendominasi pasar ekspor batubara. Per 31 Agustus 2018, ekspor batubara ke China mencapai 44,5 juta ton atau sekitar 31% dari total ekspor realisasi ekspor batubara Indonesia pada periode tersebut.

Sementara di posisi kedua ada India dengan 29,23 juta ton, dan disusul Jepang dengan 16,73 juta ton. Adapun, data per Agustus, total produksi batubara mencapai 311,88 juta ton, sedangkan realisasi ekspor sebesar 200,62 juta ton dan penjualan domestik sebesar 102,75 juta ton.




TERBARU

[X]
×