kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sebelum B30 diterapkan, Gaikindo: Standard kadar air harus diperhatikan


Minggu, 10 November 2019 / 14:47 WIB
Sebelum B30 diterapkan, Gaikindo: Standard kadar air harus diperhatikan
ILUSTRASI. Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi .


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohanes Nangoi menyatakan dukungannya terhadap penerapan bahan bakar biodisel campuran minyak kelapa sawit 30% atau B30. Namun, ia berharap agar pihak produsen dan distribusi B30 memperhatikan standar kualitas yang sesuai dengan kendaraan di Indonesia.

Menurut Yohanes, saat ini baru Indonesia yang menerapkan bauran biodisel hingga 20% (B20), sedangkan negara-negara lain paling banter hanya mencapai 7%. “Tahun depan bahkan mau dinaikkan jadi 30%, sehingga Indonesia patut berbangga,” ujar dia di acara Indonesia Biodiesel Leader Forum, Jumat (8/11) lalu.

Baca Juga: Uji coba implementasi B30 siap digelar pertengahan November

Kendati demikian, menyambut program B30 yang semakin dekat, Gaikindo meminta supaya produsen biodisel seperti Pertamina lebih memperhatikan lagi standar kadar air untuk bahan bakar tersebut. Yohanes bilang, kadar air untuk B30 idealnya maksimal di level 200 mg/kg.

Kadar air yang terlalu tinggi dapat berdampak negatif bagi performa mesin kendaraan, khususnya mobil kecil bertenaga disel. Masalah yang timbul dari tingginya kadar air antara lain kemunculan guratan-guratan pada injection sampai korosi pada mesin kendaraan.

Yohanes melanjutkan, perubahan standar kadar air pada bahan bakar B30 juga dapat memaksa produsen untuk merombak mesin kendaraannya. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya biaya produksi yang diemban tiap produsen.

Padahal, ia menyebut, di tiap tahun produksi mobil di Indonesia dapat mencapai 1,3 juta unit. Sebanyak 1,1 juta unit di antaranya dipasarkan di dalam negeri, sedangkan sisanya diekspor ke luar negeri. 
Ditambah lagi, Gaikindo mendapat permintaan dari pemerintah agar dalam tiga tahun hingga empat tahun ke depan jumlah mobil yang diekspor dapat mencapai 1 juta unit.

“Ada banyak mobil yang diproduksi di Indonesia. Kalau dipaksa diubah mesinnya, industri tidak bisa jalan,” imbuh dia.

Baca Juga: Produsen biodisel sudah siap mempercepat penerapan B30 di Indonesia

Terlepas dari itu, Yohanes tetap mendukung penerapan B30 dalam waktu dekat. Biar bagaimanapun pihak produsen kendaraan telah siap menghadapi program tersebut.

“Kami tetap dukung B30 ataupun jika nantinya dinaikan lagi jadi B50 dan B100. Asalkan standar yang sudah ada jangan diubah lagi,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×