kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Seluas 381.000 ha kebun karet terserang penyakit gugur daun, produksi anjlok 15%


Rabu, 24 Juli 2019 / 20:38 WIB
Seluas 381.000 ha kebun karet terserang penyakit gugur daun, produksi anjlok 15%


Reporter: Vendi Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian dan Kementerian pertanian (Kementan) mencatat saat ini terdapat sekitar 381.000 hektar perkebunan karet yang terserang penyakit gugur daun yang disebabkan cendawan Pestalotiopsis sp.

Enam provinsi sentra karet terdeteksi terkena penyakit tersebut yaitu Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.

Baca Juga: Kemenperin membuat standar untuk industri ban vulkanisir kecil dan menengah

"6 provinsi per 16 juli yang terserang 381.900 hektar atau 10 sampai 11 persen dari total perkebunan karet seluas 3,6 juta hektar," kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono saat konferensi pers di Kemenko Perekonomian, Rabu (24/7).

Akibat dari serangan penyakit ini, tanaman karet mengalami gugur daun berulang dalam periode yang panjang bahkan di luar periode gugur daun alami yang secara langsung menurunkan produksi. “Penyakit ini diperkirakan berdampak pada penurunan produksi karet Indonesia secara nasional pada tahun 2019 minimal 15 persen,” ucap dia.

Baca Juga: Berikut daftar harga karet untuk kontrak pengiriman bulan Agustus

Kasdi menyebutkan, eskalasi dan intensitas serangan penyakit gugur daun ini mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2017.

Melihat hal tersebut, pemerintah saat ini akan melakukan beberapa upaya untuk mengatasi hal tersebut. Antara lain, membantu petani untuk mengendalikan penyakit tersebut dengan menggunakan fungisida berbahan aktif heksakonazol atau propikonazol dan memberikan bantuan pupuk untuk meningkatkan ketahanan tanaman karet terhadap serangan penyakit tersebut.

Baca Juga: Jaya Agra Wattie (JAWA) ingin dongkrak kinerja dengan kerek produksi CPO dan karet

“Munculnya penyakit ini dan juga penyakit lain terutama disebabkan menurunnya ketahanan tanaman akibat ketidakmampuan petani/pekebun untuk merawat kebun sesuai standar. Hal ini utamanya dikarenakan turunnya harga karet pada level rendah dalam rentang waktu yang lama,” ujar Kasdi.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan, perkebunan karet Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat (85%) dan menciptakan lapangan kerja bagi 2,5 juta keluarga dengan rata-rata luas kepemilikan kurang lebih 1,25 hektar.

Karet merupakan salah satu andalan ekspor yang berkontribusi besar terhadap devisa negara. Volume ekspor mencapai 2,99 juta ton dengan nilai US$ 5,10 miliar.

Baca Juga: Neraca perdagangan Mei 2019 surplus US$ 207,6 juta

Lebih lanjut, Ia mengatakan, harga karet telah mengalami peningkatan sejak bulan Januari 2019. Saat ini, harga karetTechnical specified rubber (TSR) 20 di tingkat internasional berada di atas US$ 1,4 per kg.

“Pemerintah akan terus menjaga produktivitas dan harga karet alam, termasuk dengan menangani penyakit gugur daun karet ini, peremajaan karet rakyat, maupun upaya-upaya lainnya” ucap Musdhalifah.

Baca Juga: Ekonom Proyeksikan Neraca Dagang Per Maret Kembali Defisit

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Moenarji Soedargo mengakui, akibat adanya hal tersebut pihaknya kini mengalami penurunan ekspor secara signifikan karena adanya hal tersebut.  

"Sepanjang sejarah baru pertama kali kita mengalami penurunan ekspor mencapai ratus ribuan, kami selama Januari hingga Juni mengalami penurunan ekspor sebanyak 200.000 ton," ucap dia.

Moenarji berharap, pemerintah dapat mengatasi hal ini secepatnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×