kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Soal pengadaan mesin deteksi IMEI, Kominfo bakal diskusi dengan operator


Rabu, 23 Oktober 2019 / 07:55 WIB
Soal pengadaan mesin deteksi IMEI, Kominfo bakal diskusi dengan operator
ILUSTRASI. Suasana di pusat jual beli gawai pintar (smartphone) di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (10/9/2019). Menurut periset pasar IDC, penjualan gawai pintar (smartphone) di Indonesia pada kuartal II-2019 memecahkan rekor tertinggi


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Regulasi pembatasan akses jaringan terhadap ponsel black market (BM) telah disahkan pemerintah lewat tiga kementerian. Regulasi ini akan mulai berlaku enam bulan setelah pengesahan, alias April 2020 mendatang.

Selama kurun waktu enam bulan tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kominfo) mengatakan akan mengajak operator seluler untuk berdiskusi terkait pengadaan mesin pendeteksi IMEI ponsel BM, atau Equipment Identity Register (EIR).

Menurut Dirjen SDPPI Kementerian Kominfo, Ismail, diskusi tersebut dilakukan agar operator tidak terbebani. Sebab, Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) menyebut biaya investasi pengadaan mesin sangat mahal.

Baca Juga: Kena blokir IMEI, ponsel black market tetap bisa terkoneksi WiFi

"Itu bagian dari teknikal yang akan kami diskusikan selama enam bulan ini dengan operator. Kita buat supaya juga tidak terlalu membebani teman-teman operator. Solusinya kita diskusikan dengan teman-teman ATSI juga," kata Ismail saat ditemui di kantor Kementerian Kominfo, Selasa (22/10/2019).

Ia pun menegaskan bahwa pengadaan mesin EIR hanyalah salah satu opsi yang bisa dipilih operator untuk dapat mendeteksi keberadaan ponsel ilegal melalui IMEI.

Ismail mengatakan, masih ada sejumlah cara lain selain lewat mesin EIR, namun Ia tidak merinci maksud "cara lain" tersebut. "Itu opsi, yang penting enam bulan lagi implementasi. Sekarang kami kembalikan ke teman-teman di ATSI, silakan ajukan model SOP-nya yang terbaik buat mereka, agar tujuan pengendalian ponsel ilegal bisa tercapai," kata Ismail.

Baca Juga: Pengamat Telko: Aturan IMEI bak tendangan penalti di injury time

"Opsi lainnya silakan tanya ke temen-temen ATSI," pungkas Ismail.

Sebelumnya pada September lalu Ketua Umum ATSI, Ririek Adriansyah berharap agar biaya investasi pengadaan mesin tersebut tidak diserahkan seluruhnya ke operator seluler. "Sebaiknya tidak dibebankan ke operator seluler tapi dibebankan kepada yang punya benefit," jelas Ririek.

Menurut Ririek, "benefit" atau potensi manfaat yang bakal didapat pihak tertentu dari pengadaan mesin EIR jauh lebih besar ketimbang biaya yang dibebankan kepada operator seluler. Wakil Ketua ATSI, Merza Fachys mengatakan bahwa pemerintah, produsen dan pedagang smartphone legal adalah pihak yang akan mendapat keuntungan dari aturan ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kominfo Akan Diskusi Pengadaan Mesin Deteksi IMEI dengan Operator"
Penulis : Yudha Pratomo
Editor : Reska K. Nistanto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×