kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suplai China berkurang, ekspor plywood Indonesia berpeluang meningkat


Minggu, 23 Februari 2020 / 14:29 WIB
Suplai China berkurang, ekspor plywood Indonesia berpeluang meningkat
ILUSTRASI. Perusahaan manufaktur berbahan kayu seperti furnitur, furniture, mebel, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD)


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis kayu lapis alias plywood diyakini punya peluang menguat di tahun ini. Hal ini seiring dengan kenaikan harga dan berkurangnya saingan ekspor plywood Indonesia di ranah global.

Wang Sutrisno, Direktur Keuangan PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) mengatakan kondisi saat ini ekspor plywood dari China menghadapi beberapa tantangan. Sebagai produsen plywood terbesar di dunia, China menyuplai kebutuhan kayu lapis yang digunakan sebagai eksterior dan interior rumah serta bahan baku furnitur itu ke negara-negara barat.

Menurut Wang, beberapa suplai plywood asal China melewati jalur ilegal lewat medium Vietnam, dikarenakan negara tersebut tidak dikenakan sanksi oleh Amerika Serikat (AS) yang membidik tarif tinggi kepada China akibat imbas perang dagang.

Baca Juga: Indonesia naik kelas sebagai negara maju, Kadin: Tak dapat fasilitas GSP lagi dari AS

"Plywood ilegal yang transhipment Vietnam itu sudah mulai dilarang Pemerintah Vietnam untuk menghindari sanksi serupa," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (21/2).

Sanksi yang dikhawatirkan pemerintah Vietnam ialah anti-dumping dari pemerintah AS. Oleh karena itu, kata Wang, WOOD mengharapkan harga plywood dapat membaik seiring dengan berkurangnya suplai di dunia.

WOOD diketahui mengapalkan 100 kontainer plywood per bulannya dengan kapasitas produksi 42.000 meter kubik per tahunnya. Selain ke pasar AS, plywood produksi perusahaan juga menyasar pasar ekspor ke Taiwan, Korea Selatan, India dan Jepang.

Sementara itu perusahaan plywood dan perkayuan, PT SLJ Global Tbk (SULI) melihat awal tahun ini sudah mulai ada perbaikan harga meski belum terlalu tinggi. Adapun di akhir tahun lalu, harga kayu sempat berada di level US$ 520 sampai US$ 530 per meter kubik.

"Kalau sekarang mulai ada kenaikan sekitar US$ 550 per meter kubik," sebut David, Wakil Presiden Direktur SULI kepada Kontan.co.id, Jumat (21/2). Harga jual tersebut sebenarnya berada pada level rendah, karena pada tahun 2018 harga jual kayu sempat mencapaj US$ 700 - US$ 800 per meter kubik.

Penurunan harga inilah yang menyebabkan kinerja SULI sampai akhir September 2019 menyusut tajam. Menurut laporan keuangan di kuartal-III 2019, penjualan SULI tercatat hanya US$ 51,21 juta, turun 28,74% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Intergra Indocabinet (WOOD) Membidik Pasar AS yang Kosong Akibat Virus Corona




TERBARU

[X]
×