kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,71   -13,81   -1.48%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terregra Asia Energy (TGRA) membutuhkan belanja modal Rp 1 triliun tahun ini


Kamis, 24 Januari 2019 / 17:57 WIB
Terregra Asia Energy (TGRA) membutuhkan belanja modal Rp 1 triliun tahun ini


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Terregra Asia Energy Tbk membutuhkan belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 1 triliun sepanjang 2019. Sekretaris Terregra Asia Energy, Christin Soewito mengatakan belanja modal ini akan digunakan untuk menjalankan beberapa proyek pembangkit listrik.

Emiten berkode saham TGRA ini fokus dalam menjalankan bisnis energi baru dan terbarukan (EBT). “Sekitar 30% alokasi belanja modal ini untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), kemudian sebagian kita gunakan untuk proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA), ada juga pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH),” katanya, Rabu (23/1).

Sekarang TGRA memiliki sekitar sembilan proyek pengembangan PLTMH di Sumatera dan dua PLTA yang berlokasi di Aceh dengan kapasitas masing-masing 50 megawatt dan 139 megawat.

Beberapa PLTMH sudah mulai kontruksi di tahun lalu, TGRA mengharapkan proyek pembangkit listrik tenaga air ini dapat beroperasi secara komersial secara bertahap sampai 2023 dengan kapasitas 450 MW. Selain PLTH, perusahaan juga tengah mengembangkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Australia dan Indonesia di Bagian Timur.

Guna menjalankan proyek-proyek yang tengah digarap, pada tahun ini TGRA membutuhkan Rp 1 triliun yang pendanaannya direncanakan akan diperoleh dari medium term note, pendanaan dari pihak ketiga, serta berencana untuk melakukan rights issue. “Kemungkinan rights issue akan dilakukan pada awal kuartal II-2019,” imbuhnya.

Lebih lanjut, ia belum dapat menjelaskan secara detail mengenai rencana tersebut. “Kita masih membandingkan untuk rencana pendanaan ini,” ujarnya.

Sebagai perbandingan, pada tahun lalu mereka mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 500 miliar dan baru terserap sekitar Rp 200 miliar sampai tutup tahun 2018. Dari beberapa proyek yang tengah digarap ini, Christin menargetkan proyek PLTS di Australia ini bisa rampung pada tahun ini dan nantinya mampu menyumbang 30% dari total pendapatan.

Ia belum dapat menyampaikan perolehan pendapatan pada tahun lalu, yang pasti pendapatan bertumbuh lantaran ada satu PLTS rooftop yang beroperasi meski tak menyumbang pendapatan secara signifikan.

Christin optimistis tahun ini mereka bakal mencatatkan pertumbuhan pendapatan sejalan dengan dioperasikannya beberapa pembangkit. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2018, mereka menorehkan pendapatan sebesar Rp 28,80 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 1,17 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×