kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Vale Indonesia (INCO) masih lakukan negosiasi pembangunan dua smelter baru


Rabu, 12 Februari 2020 / 17:33 WIB
Vale Indonesia (INCO) masih lakukan negosiasi pembangunan dua smelter baru
ILUSTRASI. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih lakukan negosiasi pembangunan dua smelter baru. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tak hanya fokus mengejar target produksi nikel dalam matte pada tahun ini. Di saat yang sama, INCO sedang mengawal proyek pembangunan smelter di Bahodopi, Sulawesi Tengah dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Smelter INCO di Bahodopi akan berfungsi sebagai tempat produksi dan pengolahan nikel. Sedangkan smelter perusahaan di Pomalaa akan memproduksi Mixed Sulphide Precipitate (MSP) yang menjadi salah satu komponen pembuatan baterai kendaraan listrik.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) optimistis kinerja tahun 2020 lebih baik

Director Finance & Control INCO Adi Susatio menyebut, saat ini pihaknya masih melakukan negosiasi dengan calon mitra usaha yang nantinya akan membentuk joint venture atau perusahaan patungan guna mengawal dua proyek smelter tersebut. 

Ia pun belum bisa menyampaikan secara pasti calon mitra yang akan bekerja sama dengan INCO dalam membangun smelter

Selain itu, karena masih dalam pembahasan, INCO juga belum bisa membeberkan secara rinci proyeksi kapasitas smelter di Bahodopi dan Pomalaa. “Kami berharap diskusi tersebut bisa diselesaikan di tahun ini. PT Vale punya komitmen yang kuat dalam pengembangan bisnis di dua area tersebut,” ujar dia, hari ini.

Baca Juga: Kepala BKPM: Izin dan fasilitas investasi semuanya kini satu pintu

Dalam kesempatan sebelumnya, Adi menuturkan bahwa dana investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan dua smelter tersebut sekitar US$ 5 miliar. Konstruksi smelter di Bahodopi diharapkan bisa selesai di thun 2024, kemudian di tahun selanjutnya menyusul smelter di Pomalaa yang selesai proses konstruksinya.

“Kebutuhan dana US$ 5 miliar akan dibiayai oleh kombinasi equity financing dan project financing,” kata Adi, awal bulan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×