kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

2018, pertumbuhan industri waralaba 10%-20%


Sabtu, 08 Desember 2018 / 06:15 WIB
2018, pertumbuhan industri waralaba 10%-20%


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Pertumbuhan penjualan waralaba hingga akhir tahun 2018 diperkirakan mencapai 5% - 6%. Angka tersebut terbilang stagnan, namun menurut Andrew Nugroho, Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), capaian tersebut cukup baik mengingat kondisi ekonomi makro yang fluktuatif.  

"Angka itu dari penjualan waralabanya ya. Tapi kalau dari segi penjualan produknya berkembang lebih dari itu. Mungkin bisa hampir 10% karena banyak yang buka cabang di berbagai kota," jelasnya pada KONTAN di Balai Kartini.

Industri waralaba diperkirakan mampu mencetak transaksi Rp 7,5 triliun  pada tahun 2018 ini. Angka tersebut lebih tinggi dari transaksi tahun lalu yang mencapai Rp 7 triliun.

Menurut Andrew, pertumbuhan ekonomi tanah air tahun 2018 yang cenderung melambat, serta fluktuasi nilai tukar rupiah, tidak mempengaruhi perkembangan bisnis model waralaba. Sehingga bisnis dengan model waralaba masih bisa terus tumbuh.

"Saya sendiri juga pelaku bisnis franchise di bidang kuliner. Menurut saya sih tidak terlalu berasa dampaknya. Kami tetap bisa mengalami pertumbuhan, meskipun memang tidak terlalu besar. Pertumbuhannya bisa sekitar 5%," ungkapnya.

Andrew menjelaskan jika bisnis waralaba di sektor kuliner memang paling banyak diminati setiap tahunnya. Selain karena pasar bisnisnya yang luas, nilai investasi yang ditawarkan juga beragam. Modal yang diperlukan untuk mendirikan bisnis waralaba kuliner juga terjangkau, dibandingkan dengan sektor lainnya.

"Segmentasi bisnis kemitraan kuliner juga makin luas, semua kelas bisa digarap, mulai kelas bawah, menengah sampai kelas premium. Karena ruang geraknya cukup luas, jadi kesempatan buat berkembangnya juga luas," terangnya.

Hingga saat ini, bisnis kuliner masih menjadi yang paling populer. Banyak pengusaha menawarkan kemitraan usaha kuliner. Merek-merek usaha baru ataupun jenis makanan baru juga banyak bermunculan.

Legit dan gurihnya bisnis kemitraan di sektor kuliner juga diakui oleh salah satu pemain besar di sektor ini, Es Teler 77. Project Manager Es Teller 77, Irman Febrianto mengakui, bila sektor kuliner merupakan bisnis yang tidak akan mati dimakan zaman. Potensi pasar yang digarap juga lebih luas dibanding sektor yang lain.

"Kami sudah 36 tahun berdiri dan masih eksis sampai sekarang. Kami selalu berusaha agar varian makanan dan minuman yang kami tawarkan masuk ke pasar dan disukai oleh semua kalangan," ungkapnya.

Hingga akhir tahun ini, Es Teler 77 menargetkan pembukaan 40 gerai baru. Irman mengatakan sampai saat ini, sudah tercapai sekitar 90% dari target. "Setiap tahun, kami memang selalu menargetkan membuka gerai baru sekitar 30 - 40 gerai," pungkasnya.      

Konsistensi dan inovasi jadi kunci tetep eksis

Boleh jadi, persaingan di bisnis waralaba kuliner saat ini lebih ketat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Apalagi selama tiga tahun belakangan, jenis kuliner fusion banyak bermunculan.  

Tren kuliner fusion ini banyak dilirik oleh anak-anak muda. Pemain waralaba kuliner pun berusaha menyesuaikan diri lewat berbagai inovasi.

Seperti Es Teler 77 yang melakukan berbagai inovasi dalam  menu, konsep desain, dan konsep marketing. Untuk inovasi menu, Es Teller 77 meluncurkan menu es teler durian. "Ada pula menu kopi yang disediakan di restoran Es Teler 77," ujar Irman Febrianto, Project Manager Es Teller 77.  

Lalu untuk desain interior, mereka juga merombak beberapa ornamen dan elemen di gerainya. Jika selama ini, ornamen gerai Es Teler 77 didominasi warna hijau dan kuning, kini desain menonjolkan kesan modern.

"Kami menambahkan ornamen kayu dan mural seperti interior kafe, jadi kesannya lebih santai," terang Irman.

Dari segi marketing, demi menjangkau pasar anak muda, Es Teler 77 mengaktifkan beberapa foodtruck. Gerai ini biasanya beroperasi di event, kampus atau sekolah. Menu di gerai foodtruck juga berbeda dari menu di gerai atau restoran.

"Foodtruck cukup efektif untuk menjangkau pasar anak muda karena fleksibel. Kami jemput bola.  Menunya camilan, seperti otak-otak goreng, bakso, dan es teler. Kemasannya juga kami buat ala anak muda," kata Irman.

Ia menjelaskan kunci agar tetap eksis meski kondisi persaingan makin ketat adalah konsisten di segala aspek, mulai dari rasa, pelayanan, pengelolaan SDM, sampai operasional. "Brand kami memang bukan brand kekinian, tapi kami konsisten dengan menu-menu kami," tandasnya.

Jika Es Teler 77 memilih bertahan dengan menu - menu original dan otentik sehingga bisa tetap bertahan, lain halnya dengan Cita Rasa Prima (CRP) Grup yang memilih sebaliknya. Pemilik lisensi dan waralaba Warunk Up Normal tersebut justru memilih makanan yang sudah akrab di lidah masyarakat Indonesia, kemudian dimodifikasi.

Rex Marindo, Direktur Marketing sekaligus founder CRP Grup, penentuan menu yang mudah masuk ke pasar akan memudahkan promosi. “Karena makanannya sudah akrab di masyarakat, kami tidak perlu susah payah mengedukasi pasar tentang apa yang kami jual,” katanya.

Rex lanjut menjelaskan, strategi selanjutnya adalah inovasi dan modifikasi. Menurutnya dalam bisnis kuliner kedua hal tersebut penting untuk memberi ciri khas terhadap bisnis kuliner yang kita miliki.

Misal, Warunk Upnormal selama ini dikenal sebagai pelopor warung makan indomie (Warmindo) kekinian. Berbagai racikan bumbu dan topping indomie yang disajikan di Warunk Upnormal berbeda dari Warmindo biasanya. “Itulah penting inovasi dan modifikasi menu,” ungkapnya.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×