kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Adonan peluang crepes masih kres


Minggu, 07 Oktober 2018 / 06:45 WIB
Adonan peluang crepes masih kres


Reporter: Denisa Kusuma, Elisabeth Adventa, Puspita Saraswati, Sugeng Adji Soenarso | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Bisnis kudapan terang bulan tipis yang sering  disebut crepes masih banyak digemari. Crepes sendiri merupakan sejenis panekuk yang sangat tipis, yang biasanya terbuat dari tepung terigu atau gandum. Biasanya, crepes dimodifikasi dengan beragam isian, seperti cokelat, buah, bahkan keju.

Rasa renyah dan berbagai isian inilah yang membuat crepes jadi camilan favorit. Berkat faktor tersebut, tak heran banyak bermunculan penjaja crepes di berbagai lokasi. Termasuk juga yang menawarkan kemitraan usaha.

Bahkan, seiring persaingan dunia kuliner yang ketat, para pengusaha crepes ini tak kehilangan akal untuk tetap bertahan. Alhasil, pamor crepes tak meredup.

Kali ini, KONTAN mencoba melihat kembali perkembangan bisnis crepes ini. Apakah masih renyah atau justru tersingkir oleh pemain lainnya. Berikut ulasannya:

Crepe Signature

Di Indonesia, Crepe Signature berada dalam cakupan PT Sentra Boga Nusantara, yang berdiri Sukoharjo, Jawa Tengah. Brand crepes asal Malaysia ini mengalami perkembangan kemitraan yang cukup pesat, setelah menawarkan kemitraan pada September 2014 lalu.

Saat KONTAN mengulasnya, Juni 2017, Crepe Signature sudah membuka 57 unit gerainya. "Saat ini, gerai kami ada 64 gerai yang tersebar sejumlah kota di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Lombok.  

Candra mengatakan, nilai investasi yang ditawarkan masih sama, yakni sebesar Rp 200 juta. Dalam paket ini sudah termasuk biaya lisensi selama lima tahun, bahan baku awal, branding, dan perlengkapan lainnya.

Namun, modal tersebut belum termasuk renovasi tempat usaha dan biaya pengadaan peralatan. Chandra pun menjelaskan, ditotal nilai investasi satu gerai Crepe Signature bisa mencapai Rp 250 juta-
Rp 300 juta. "Kami sengaja tidak menambah paket investasi, agar mitra baru tertarik gabung," ujarnya.

Selain itu, beberapa gerai Crepe Signature juga sudah bekerjasama dengan ojek daring untuk layanan pesan antar (delivery service). "Kalau di kota tersebut sudah ada ojek online, kami langsung kerjasama untuk delivery service," kata Candra. Ia mengakui jika pesanan dari sini turut menyumbang 20%-30% omzet gerai Crepe Signature.

Crepes Signature menyajikan camilan crepes dengan berbagai topping. Ada 42 menu crepes yang ditawarkan. Seperti, crepes chocolate cheese banana, chocolate peanut, crepes ice cream, dan kiwi green tea. Harganya berkisar Rp 15.000-Rp 37.000 per menu. Gerai juga menyediakan minuman bubble beragam rasa.  

Kendala berbisnis crepes, Candra menyebut soal lokasi. Sebab, mencari lokasi-lokasi yang strategis saat ini cukup sulit.Ia mengakui apabila beberapa calon mitra kesulitan mendapat lokasi untuk membuka gerai.
Meski demikian, Candra terus gencar menawarkan kemitraan dan penjualan crepes melalui iklan dan sosial media Crepe Signature.

Villa Crepes

Usaha crepes selanjutnya datang dari Villa Crepes. Pemiliknya, Laksono Agung, pada 2016 lalu sudah membuka 10 gerai Villa Crepes. Namun, saat ini Agung terpaksa menutup beberapa gerai Villa Crepes.

"Sekarang Villa Crepes hanya ada lima gerai yang tersebar di Yogyakarta, Solo, dan Magelang," terangnya.
Salah satu penyebabnya,  sejumlah pusat belanja yang menjadi lokasi gerai Villa Crepes tidak seramai dulu lagi. "Lima  gerai terpaksa ditutup karena faktor lokasi," kata Laksono.

Dulu, Villa Crepes menawarkan dua paket kemitraan. Yakni, paket outdoor senilai Rp 40 juta dan paket indoor senilai Rp 60 juta.

Kini, paket kemitraan yang dia tawarkan senilai Rp 140 juta. Dengan biaya itu, mitra akan mendapat kitchen set lengkap, peralatan operasional, outlet interior 2x6 m2, seragam karyawan hingga perangkat kasir.

Laksono juga mengubah skema kemitraan. Bisnisnya pun kini tidak lagi menggunakan skema royalti. Jika mitra ingin tetap menggunakan brand Villa Crepes, mitra hanya harus membayar biaya brand. Dia bilang, nilainya tak lebih dari Rp 20 juta.

Supaya tetap eksis, Laksono terus berinovasi dengan mengembangkan varian rasa crepes. Kini, Villa Crepes sudah memiliki lebih dari 40 varian rasa.

Harga seporsi Villa Crepes  berkisar antara Rp 11.500 hingga Rp 35.000. Soal omzet, "Rata-rata omzet mitra per bulan berkisar antara Rp 35 juta sampai dengan Rp 60 juta," ungkap Laksono.

Ia pun kini akan segera menambah gerai Villa Crepes yang ada di Surabaya. Saat ini, gerai Villa Crepes bisa ditemukan di Yogyakarta, Solo dan Magelang.

Bintang Crepes

Bisnis crepes saat ini dinilai sangat menjanjikan bagi sebagian orang. Salah satunya oleh Muhammad Sumari, pemilik Bintang Crepes. Bisnisnya berkembang sejak tahun 2017, ketika menawarkan kemitraan. Bintang Crepes sendiri berdiri tahun 2009 di Kediri, Jawa Timur.

Saat ini produksi crepes miliknya sudah naik dibandingkan tahun 2017. Banyak member baru yang berasal dari luar negeri, seperti Brunei Darussalam dan Malaysia.

Jumlah gerainya pun sudah bertambah. Jika pada 2017, ada  50 gerai mitra, kini jumlahnya sudah menjadi 235 gerai. Persebarannya ada di Jawa, Sulawesi, Kendari, Manado, dan Bau-bau.

Untuk paket investasi, tidak perubahan. Bintang Crepes menawarkan tiga paket kemitraan. Pertama, paket hemat dengan nilai investasi Rp1,6 juta. Kedua, paket meja lipat dengan modal awal Rp 6,5 juta. Dan, ketiga, paket gerobak dorong Rp 9,5 juta.

Untuk paket ketiga, fasilitas yang didapatkan mitra adalah satu unit gerobak, perlengkapan memasak dan berjualan, branding, bahan baku awal sebanyak 10 kg tepung adonan, pelatihan dan perlengkapan tambahan lainnya.

Untuk menjaga kualitas produk, mitra wajib membeli bahan baku utama dari pusat. "Untuk adonannya, kami buat sendiri dan juga tidak menggunakan bahan pengawet," katanya.

Menurut Sumari, kendala dalam menjalankan bisnis  kemitraan ini adalah keterbatasan mitra dalam membuat crepes. Untuk itulah, Sumari selalu memberikan konsultasi usaha serta saran untuk penempatan lokasi berjualan.  Mitra dapat menetapkan harga jual sesuai dengan lokasi masing-masing.

Strategi untuk mengembangkan kemitraan usaha juga dilakukan dengan memberikan bahan baku gratis pada mitra yang berulang tahun. "Kami juga mensubsidi ongkos kirim. Contohnya, subsidi biaya pengiriman ke Kediri karena lokasinya jauh dari kantor pusat," ujarnya.

Tahun 2018, kemitraan usaha ini menetapkan target kenaikan omzet. Bahan baku impor yang berasal dari Tiongkok dan nilai dollar yang selalu naik mengakibatkan pembelian bahan baku menjadi mahal. Sumari berharap dapat menghasilkan 1,5-2 ton adonan crepes hingga akhir tahun.

Untuk saat ini, dia menahan keuntungan demi menjaga bisnis. "Karena dollar naik dan ekonomi melemah. Untuk omzet bersih perbulan saya bisa mendapatkan Rp 50 juta," terangnya.

Jumlah pegawai saat ini sekitar 11 orang. Tak ada menu baru yang dia luncurkan.
Bintang Crepes memiliki berbagai varian topping.  Di antaranya adalah varian cokelat, strawberry, blueberry, dan keju.               

Kuncinya inovasi dan pemilihan lokasi

Dua dari tiga pemilik kemitraan crepes yang diulas KONTAN pada tulisan di atas, memang masih mampu untuk menambah gerai mitra. Bahkan, satu diantaranya, pertambahan gerai cukup signifikan. Hanya satu pebisnis, Villa Crepes, yang mengalami penyusutan jumlah gerai.

Njoto Utomo, Senior Franchise Consultant di FT Consulting Indonesia melihat,  peluang bisnis crepes cukup sulit. Hal tersebut disebabkan oleh keberadaan brand crepes yang selama ini sudah menjadi leader.

Jadi, pemain lain cukup sulit untuk mencuil  pasarnya. Oleh sebab itu, penting untuk terus berinovasi, seperti mengembangkan varian baru atau bersaing secara kualitas.

Selain itu, Njoto menyatakan, penting untuk mencari lokasi atau tempat-tempat strategis sesuai target market dari setiap pemain. "Contohnya seperti martabak, martabak itu populernya malam, makanya cari tempat yang mana banyak orang mencari makanan saat malam hari," ujarnya.

Untuk potensi dari bisnis ini sendiri, Njoto  tidak dapat menyebutkan masih besar atau tidak karena tidak memiliki angka statistiknya. Hanya saja ia menekankan pada pemilihan tempat untuk berjualan.

Untuk usaha crepes yang memilih tempat di mal atau pusat belanja, juga harus pintar memilih spot atau titik penjualan. Hal tersebut dikarenakan anggapan berjualan di mal berarti ada pengunjung yang ramai.

Menurutnya, setiap mal memiliki tempat-tempat yang sepi pengunjung. Oleh sebab itu, penting bagi para penjaja crepes untuk menentukan tempat yang strategis dan sesuai target pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×