kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45937,48   9,13   0.98%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arwana Citramulia menambah kapasitas produksi


Selasa, 23 Januari 2018 / 08:15 WIB
Arwana Citramulia menambah kapasitas produksi


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) berencana menambah kapasitas produksi. Produsen keramik ini akan mendongkrak kapasitas sebanyak 6 juta meter persegi (m²).

Tandean Rustandy, Direktur Utama ARNA, menyatakan, saat ini total kapasitas produksi pabrik perusahaannya berkisar 58 juta m². Jadi, kapasitasnya bakal naik 10% menjadi 64 juta m². "Produksi tahun 2019 akan bertambah," kata dia, Senin (22/1).

Tapi, penambahan kapasitas ini bukan dari pembangunan pabrik baru. Melainkan, tambahan dari pabrik yang sudah ada. Misalnya, menambah line produksi dengan mesin-mesin baru.

Tahun ini, ARNA mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 200 miliar. Dana ini akan digunakan untuk membeli mesin. "Kami tak perlu bangun infrastruktur dan tanah seperti mendirikan pabrik baru," ujar Tandean.

ARNA berkomitmen mengerek kapasitas melalui pertumbuhan organik, yakni menambah produksi melalui pabrik yang ada. Tahun ini, mereka menambah kapasitas pabrik di Palembang.

Dengan ekspansi organik, peningkatan kinerja bisa lebih efisien. "Kami tidak memutuskan mergers and acquisitions (M&A)," imbuh Tandean.

ARNA juga akan memperbesar pasar domestik, yang memang menjadi tujuannya ke depan. Apalagi, pasar dalam negeri masih sangat besar. "Kami bisa saja ekspor, tapi kembali melihat visi kami," ujar Tandean.

Sebenarnya, ARNA sudah masuk pasar ekspor. Hanya, saat ini masih eksperimen pasar. "Ada di Malaysia, Thailand. Kami sudah tes pasar ASEAN," ucap Tandean.

Ketika masuk pasar ASEAN, ARNA bisa bersaing, meski biaya produksi berupa gas cukup besar dari negara lain. Harga gas di Indonesia rata-rata US$ 9,5-US$ 10 per mmbtu. Sementara di Malaysia, cuma US$ 6 per mmbtu. "Tapi dengan harga seperti ini, produk kami masih bisa bersaing," imbuh Tandean.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×