kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS ingin bahas pakta perdagangan baru dengan Uni Eropa, Inggris dan Jepang


Kamis, 18 Oktober 2018 / 09:07 WIB
AS ingin bahas pakta perdagangan baru dengan Uni Eropa, Inggris dan Jepang
ILUSTRASI. Kepala negara G7


Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - DW. Para pejabat AS memaparkan kepada Kongres hari Selasa (16/10) bahwa pemerintahan Trump bermaksud menegosiasikan pakta perdagangan bebas secara terpisah dengan Uni Eropa, Inggris, dan Jepang. Upaya Presiden Donald Trump untuk mengurangi defisit perdagangan sejauh ini dinilai tidak berhasil.

"Kami berkomitmen untuk mengakhiri negosiasi ini tepat waktu dan substantif untuk para pekerja Amerika, petani, peternak dan kalangan bisnis," kata Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer (foto artikel).

Berdasarkan hukum Amerika, Kantor Perwakilan Perdagangan AS berkewajiban untuk memberi informasi kepada anggota parlemen tentang tujuan negosiasi, setidaknya 30 hari sebelum pembicaraan dimulai.

Tiga kesepakatan yang akan dibicarakan bertujuan untuk memperbaiki "ketidakseimbangan perdagangan AS yang kronis" dan hambatan yang diterapkan kepada eksportir AS di luar negeri, kata Lighthizer.

Penolakan Perancis dan masalah Brexit Inggris

Langkah pemerintah di Washington itu dilakukan hanya beberapa minggu setelah AS, Kanada, dan Meksiko mengosiasi ulang kesepakatan perdagangan NAFTA, menyusul kritik dari Presiden AS Donald Trump tentang hubungan dagang mereka. Trump mengecam kesepakatan-kesepakatan sebelumnya sebagai tidak adil bagi AS. Perjanjian yang baru diberi nama baru UMSCA dan memuat bidang-bidang lainnya, seperti hak buruh.

Namun, berbeda dengan kesepakatan di Amerika Utara, transaksi dengan Uni Eropa mungkin akan menjadi lebih rumit. Presiden Perancis Emmanuel Macron menegaskan, dia tidak mendukung pembicaraan perdagangan antara Uni Eropa dengan negara-negara di luar perjanjian iklim Paris.

Presiden Donald Trump tahun lalu menarik AS dari Kesepakatan Iklim Paris dan menajdikan negaranya sebagai satu-satunya negara dunia yang secara resmi menentang kesepakatan iklim. Meskipun lebih dari selusin penandatangan kesepakatan, termasuk  Rusia dan Turki, belum meratifikasinya, namun mereka tidak menarik diri dari pakta itu.

Sementara Inggris saat ini terutama berfokus pada pembicaraan Brexit yang alot. Bagi Inggris sangat tidak mungkin menegosiasikan kesepakatan dagang dengan negara lain, sebelum ada kesepakatan tentang Brexit dengan Uni Eropa.

Selama kampanye pemilu presiden AS, Donald Trump menjanjikan akan menghapus defisit perdagangan AS dan merundingkan kembali berbagai kesepakatan dagang untuk kepentingan negaranya. Namun hingga kini, defisit perdagangan AS terus meningkat. Pada bulan Agustus 2018, defisit bulanan dengan Cina mencapai 38,6 miliar dolar AS dan defisi dangan dengan Meksiko $ 8,7 miliar dolar AS, yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah.




TERBARU

[X]
×