kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bakrie & Brothers masih mencatat defisiensi modal Rp 5,99 triliun


Minggu, 25 Maret 2018 / 19:36 WIB
Bakrie & Brothers masih mencatat defisiensi modal Rp 5,99 triliun


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi defisit permodalan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) belum menunjukan perbaikan yang optimal. Hal itu terlihat dari defisiensi modal perusahaan yang mengalami penurunan, namun jumlahnya tak signifikan.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Jumat (23/3), defisiensi modal perusahaan periode 2017 tercatat Rp 5,99 triliun. Angka ini hanya turun sekitar 0,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 6,05 triliun. Rugi menahun dan tingginya utang perusahaan menjadi penyebab utama.

Sejatinya, BNBR sepanjang tahun lalu mampu mengerek laba kotor lebih dari 300% menjadi Rp 414,34 miliar. Beban usaha perusahaan juga turun sekitar 5% menjadi Rp 514,33 miliar.

Sayang, lesatan laba kotor BNBR masih belum mampu mengkompensasi beban usahanya. Sehingga, BNBR masih membukukan rugi usaha sebesar Rp 99,98 miliar, menyusut 78% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 443,94 miliar.

Tagihan utang yang besar membuat kinerja keuangan BNBR kian tertekan. Beban bunga dan keuangannya melompat 61% menjadi Rp 434,03 miliar pada 2017 dari sebelumnya Rp 268,59 miliar di 2016.

Denda keterlambatan bayar berkontribusi paling besar terhadap lompatan beban keuangan BNBR. Denda tahun lalu mencapai Rp 297,84 miliar, melesat 214% dibanding 2016 yang masih sekitar Rp 94,79 miliar.

Akibatnya, BNBR masih harus mencatat rugi bersih Rp 1,2 triliun. Meski demikian, kerugian ini sudah turun 66% dibanding 2016 yang mencapai Rp 3,59 triliun.

Dalam pejelasan laporan keuangan disebutkan, manajemen berkomitmen untuk terus merestrukturisasi utang. Salah satu cara yang ditempuh adalah mengkonversi utang ke saham.

Per 22 Desember 2017, BNBR telah menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) Rp 1,03 triliun. Dengan demikian, perusahaan telah menuntaskan salah satu agenda restrukturisasi utang yang sudah dimulai sejak pertengahan tahun lalu.

Mengingatkan saja, kala itu, BNBR menjadwalkan penerbitan OWK yang akan dikonversi kreditur dengan saham baru. Sehingga, BNBR akan menerbitkan 20,74 miliar saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) dengan harga pelaksanaan Rp 50 per saham.

Salah satu utang yang akan dikonversi menjadi OWK adalah utang Credit Suisse AG cabang Singapura. Nilainya US$ 70,4 juta atau setara Rp 937,9 miliar. Per 31 Desember 2017, BNBR sudah menerbitkan OWK sejumlah itu sehingga tagihan utang kepada Credit Suisse sekarang nol.

"Kondisi defisiensi modal diharapkan bisa berbalik setelah seluruh restrukturisasi utang selesai," ujar Direktur Keuangan BNBR Amri Aswono Putro, Minggu (25/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×