kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Dunia: Indeks SDM Indonesia peringkat ke-87


Kamis, 11 Oktober 2018 / 17:46 WIB
Bank Dunia: Indeks SDM Indonesia peringkat ke-87
ILUSTRASI. Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. World Bank (Bank Dunia) mencatat, indeks sumber daya manusia (Human Capital Index/HCI) Indonesia sebesar 0,53 atau peringkat ke-87 dari 157 negara.

Berdasarkan laporan HCI Bank Dunia yang diluncurkan dalam Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia hari ini, Kamis (11/10), skor suatu negara mengartikan potensi ekonomi dari negara tersebut.

"HCI Indonesia yang 0,53 mengindikasikan pemerintah perlu meningkatkan investasi yang efektif untuk meningkatkan kualitas SDM melalui kesehatan dan pendidikan demi daya saing ekonomi Indonesia di masa mendatang," tulis laporan tersebut.

HCI tertinggi dipegang oleh Singapura, dengan nilai HCI sebesar 0,88. Disusul oleh Jepang dan Korea Selatan dengan HCI masing-masing 0,84. Sementara itu, empat negara dengan pendapatan menengah di kawasan ASEAN lainnya, yakni Malaysia 0,62; Filipina 0,55; Thailand 0,60; dan Vietnam 0,67.

Peringkat Indonesia sendiri masih lebih baik dibandingkan dengan negara Kamboja, dengan HCI 0,49; Bangladesh 0,47; hingga Chad dengan nilai HCI terendah sebesar.

Asal tahu saja, nilai HCI sendiri diukur berdasarkan jarak masing-masing negara ke titik batas masa pendidikan dan kesehatan secara penuh untuk anak yang lahir hari ini. Skalanya 0 hingga 1, dengan 1 merupakan nilai terbaik.

Misalnya skalanya 0,5, artinya individu dan negara itu kehilangan setengah potensi ekonomi di masa mendatang.

Bank Dunia dalam hal ini mengukur HCI berdasarkan tingkat pendapatan dari 157 negara, yang menunjukkan 56% anak-anak yang lahir hari ini di seluruh dunia akan kehilangan lebih dari setengah potensi pendapatan seumur hidup mereka.

Hal ini disebabkan karena pemerintah mereka saat ini belum melakukan investasi yang efektif untuk memastikan populasi yang sehat, berpendidikan, dan tangguh dan siap untuk tempat kerja di masa depan.

Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan, pengetahuan, keterampilan, dan kesehatan yang dimiliki individu selama hidup mereka merupakan faktor kunci di balik pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan tingkat pengurangan kemiskinan di banyak negara pada abad ke-20, utamanya di kawasan Asia Timur.

"Namun, investasi dalam kesehatan dan pendidikan belum mendapatkan perhatian yang layak. Indeks ini menghubungkan langsung perbaikan hasil di bidang kesehatan dan pendidikan, produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi. Saya berharap ini mendorong negara-negara untuk mengambil tindakan segera dan berinvestasi lebih banyak, lebih efektif pada masyarakat mereka," ujar Kim di Bali, Kamis.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, adanya indeks ini baik bagi Indonesia guan mengukur keberhasilan investasi negara di sumber daya manusia.

“Kami ingin mengukur keberhasilan investasi di human capital karena kami alokasikan untuk human capital 20% untuk pendidikan, 5% untuk kesehatan. Itu belanja untuk manusia,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×