kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Mandiri kaget anak usaha Duniatex gagal bayar utang


Selasa, 23 Juli 2019 / 04:30 WIB
Bank Mandiri kaget anak usaha Duniatex gagal bayar utang


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gagal bayar utang anak usaha Duniatex Grup, PT Delta Sandang Dunia Textile  tak hanya mengagetkan investor, tapi juga perbankan. Pasalnya, rekam jejak perusahaan ini ke para krediturnya terbilang baik-baik saja.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100) tak urung dibuat kaget dengan berita kegagalan bayar utang Delta Sandang Dunia Textile sebesar US$ 260 juta itu itu. Mengakui memiliki eksposure pinjaman bilateral ke  Duniatex Grup, manajemen Bank Mandiri mengaku kaget dengan berita gagal bayar debiturnya itu. “Kami juga kaget dengan berita itu,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmojo kepada kontan.co.id, Senin malam (22/7).

Tiko, panggilan karib Kartika menyebut, selama ini Duniatex belum pernah menunggak sekalipun dalam pembayaran kreditnya. Menjadi debitur lama, Bank Mandiri sempat memiliki eksposure kredit sampai Rp 5,5 triliun untuk pengembangan usaha salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia.

Sejak 2015, Bank Mandiri sudah melakukan penurunan eksposure kredit ke Duniatex, seiring perusahaan ini juga melakukan penurunan kewajibannya. Sebagai bukti, akhir Desember 2018, kredit Bank Mandiri di grup ini juga sudah terpangkas menjadi hanya Rp 3,5 triliun. “Saat ini tersisa Rp 2,2 triliun, karena tujuh bulan yang lalu, mereka melakukan pembayaran Rp 1,24 triliun,” ujar Tiko.

Tak ingin berspekulasi terhadap kondisi perusahaan tersebut, manajemen Bank Mandiri kini dalam proses meminta keterangan atas kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan tekstil yang bermarkas di Solo, Jawa Tengah ini.

Hanya, Tiko memastikan bahwa Bank Mandiri memiliki jaminan mesin dan tanah yang memadai atas kredit ke perusahaan yang dimiliki oleh Hartono ini, pengusaha gaek asal Solo ini.  “Proses negosiasi restrukturisasi secara bilateral dengan debitur kini tengah dilakukan, “ ujar Tiko.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas kepada kontan.co.id mengatakan bahwa proses meminta penjelasan atas kondisi terkini dari Duniatex tengah dilakukan. “Dengan tahu apa masalahnya kami bisa memberikan ‘obat’ yang seuai dengan masalah perusahaan, apakah restrukturisasi, pelonggaran pembayaran, pelunakan atau size streaming atas kreditnya,” ujar Rohan.

Jika merujuk analis meeting Bank Mandiri pada 17 Juli 2019 lalu, Bank Mandiri mengaku telah menyiapkan cadangan atas exposure kreditnya yang berasal dari aset tetap Duniatex yang dijaminkan atas utangnya dengan rasio mencapai 160% dari total utang. Bank Mandiri juga mengaku sudah bertemu dengan Duniatex sejak pekan lalu.

Tak hanya Bank Mandiri. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) juga tercatat memiliki eksposur kredit ke Duniatex.  Kabarnya, Bank BNI memiliki eksposur kredit senilai Rp 789 miliar. Meski memiliki tagihan dalam kredit sindikasi ke Duniatex, namun manajemen Bank BNI menampik jumlahnya segede Rp 789 miliar.

“Porsi BNI dalam sindikasi tersebut Rp 301 miliar,” kata Direktur Bisnis Korporasi BNI Putrama Wahju Setyawan. Sayangnya, Purama enggan menjelaskan kondisi kredit itu.

Publik memang dibuat terkejut dengan kasus gagal bayar utang anak usaha Duniatex Grup, PT Delta Sandang Dunia Textile. Pasalnya, kegagalan bayar itu terjadi hanya empat bulan berselang pasca penerbitan obligasi anak perusahaan ini PT Delta Merlin Dunia Textile sebesar US$ 300 juta pada Maret 2019 lalu. Bertenor lima tahun, obligasi Delta Merlin ini menjanjikan kupon sebesar 8,625%.

Tak hanya itu, dua perusahaan pemeringkat, Fitch Ratings dan Standard and Poor's (S&P) Global Ratings menyematkan obligasi Delta Merlin dengan peringkat awal di posisi BB-.   Kala itu, Fitch beralasan, peringkat awal Delta Merlin itu didorong oleh posisinya sebagai perusahaan tenun terbesar di Indonesia, struktur biaya yang rendah, serta hubungannya yang mapan dengan pelanggan.

Peringkat tersebut, kata Fitch dengan asumsi  mengasumsikan bahwa Delta Merlin akan mengumpulkan dana yang cukup dari penerbitan obligasi untuk membiayai kembali berbagai fasilitas kredit dari perbankan.

Segendang sepenarian, S&P Global Ratings juga menilai Delta Merlin sebagai anak usaha inti Duniatex memiliki profil kredit mandiri yang kuat. Kontribusi pendapatan dan laba yang  ke Duniatex Group, induk usaha substansial.

Pekan lalu, dua lembaga pemeringkat  S&P dan Fitch memangkas peringkat kredit obligasi dolar yang dijual oleh anak perusahaan Duniatex Group itu. S&P memangkas menjadi menjadi CCC-(junk bond), dari sebelumnya BB-. Tantangan likuiditas yang signifikan menjadi masalah anak usaha perusahaan tekstil yang bermarkas di Solo, Jawa Tengah ini.

Adapun Fitch Ratings juga memangkas skor kredit Delta Merlin Dunia Textile menjadi B- dari sebelumnya BB-. Ini mencerminkan peningkatan pembiayaan kembali dan risiko likuiditas. Fitch menyebut, perusahaan ini menghadapi efek tular dari afiliasi yang dapat membatasi akses perbankan dan pasar modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×