kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beban pendapatan turun, INCO raih laba


Jumat, 24 Februari 2017 / 07:05 WIB
Beban pendapatan turun, INCO raih laba


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kinerja PT Vale Indonesia Tbk berangsur-angsur membaik. Setelah tiga kuartal berturut-turut mengalami kerugian, emiten dengan kode INCO ini berhasil meraih laba di akhir tahun.

Pada kuartal I-2016, INCO mencatat kerugian US$ 15,4 juta. Pada kuartal II, kerugiannya membengkak menjadi US$ 20,04 juta. Sedangkan di kuartal III mulai membaik dengan rugi US$ 7,02 juta. Barulah pada kuartal IV, INCO meraup laba US$ 8,9 juta.

Alhasil, pada 2016 lalu INCO berhasil mencetak laba tahunan sebesar US$ 1,9 juta. Sementara pendapatan perusahaan tambang ini sepanjang 2016 mencapai Rp 584,1 juta.

CEO dan Presiden Direktur INCO Nico Kanter menyebut, efisiensi jadi kunci utama membaiknya kinerja perusahaan. Beban pokok pendapatan perusahaan tambang ini turun 18% dibandingkan tahun 2015. "Posisi biaya yang membaik membantu kami mencatatkan laba dan EBITDA yang positif," papar dia melalui siaran pers, Kamis (23/2).

Penurunan beban pokok pendapatan didorong oleh penurunan biaya bahan bakar, bahan pembantu dan jasa. "Biaya bahan bakar yang turun 38% memberikan kontribusi 47% penurunan beban pendapatan," tambah Nico.

Selain efisiensi, perseroan ini juga melakukan optimalisasi kapasitas produksi demi menurunkan biaya. Sebab, harga nikel diprediksi masih rendah, terutama karena tingginya persediaan, baik di London Metal Exchange dan Shanghai Future Exchange.

Penjualan INCO di kuartal IV-2016 juga naik 5% meskipun produksi menurun 10%. "Peningkatan harga rata-rata realisasi nikel di kuartal IV sebesar 7%. Ini berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan sebesar 13% dibanding pendapatan di kuartal sebelumnya," ungkap Nico.

Produksi nikel INCO di 2016 hanya 77.581 ton, atau 97% dari target 80.000 ton, karena kegagalan transformasi tanur listrik. Sedangkan tahun ini, INCO menargetkan produksi mencapai 80.000 ton.

Analis Panin Sekuritas Adolf Sutrisno memprediksi kinerja INCO di 2017 bakal lebih cerah. Hal ini didukung oleh perbaikan ekonomi China, penurunan pasokan global dan program infrastruktur pemerintah AS.

Ia optimistis INCO akan melanjutkan program efisiensi dan meningkatkan volume penjualan tahun ini. "Sehingga margin laba bersih membaik di level 7%-9%, papar dia dalam riset. Pada Kamis (22/2), saham INCO ditutup di harga Rp 2.590 per saham, turun 3% dari hari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×