kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis ritel gadget masih prospektif, buy ERAA


Senin, 27 November 2017 / 21:28 WIB
Bisnis ritel gadget masih prospektif, buy ERAA


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. International Data Corporation (IDC) mencatat penurunan penjualan telepon pintar atau smartphone di Indonesia pada kuartal III-2017 turun 1,1% year on year (yoy). Dibandingkan kuartal II-2017, penjualan telepon pintar juga turun 8,6%. Meski demikian, analis melihat peluang bisnis telpon seluler masih terbuka lebar.

Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani melihat adanya banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis perangkat telekomunikasi. Riska menilai, perkembangan teknologi yang pesat bisa disikapi positif oleh emiten. “Kebutuhan akan teknologi meningkat, variasi untuk penjualan telpon genggam juga akan meningkat,” tambah Riska.

Sementara itu, Analis Danareksa Sekuritas Adeline Solaiman melihat, di tahun depan kondisi makro akan lebih baik. Dia juga optimistis bahwa daya beli masyarakat akan semakin baik. Hal ini dipercaya akan berimbas pada ritel yang bergera pada bisnis perangkat telekomunikasi.

Namun, ia tak menampik bahwa masih ada tantangan seperti munculnya situs-situs penjualan online dan black market. Terlebih, sekarang perangkat telepon seluler black market juga bisa diperjualbelikan secara online. "Tapi pemerintah sudah mulai memperketat regulasi untuk masuknya barang-barang dari luar negeri ke Indonesia. Harapannya, secara perlahan isu black market bisa teratasi," tutur Adeline.

Dengan peluang dan tantangan tersebut, Adeline melihat di sektor ritel dengan lini usaha penjualan dan distribusi perangkat telekomunikasi, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) masih bisa mencatat pertumbuhan di tahun depan. Menurut perkiraannya, ERAA akan mencatat pertumbuhan pendapatan 9,5% yoy di akhir 2017.

Laba ERAA pun diprediksikan meningkat 14,9% yoy di akhir 2017. "Di tahun depan karena konsumsi diprediksikan membaik, berharap ERAA bisa tumbuh sekitar 9,5% yoy dan bottom line growth 11,8% yoy atau sekitar Rp 339 miliar," ujar Adeline.

Riska memang tak bisa memungkiri bahwa ERAA adalah benchmark dari emiten-emiten yang bergerak di lini penjualan perangkat telekomunikasi. Ia merekomendasikan beli saham ERAA dengan target harga Rp 850 per saham. Hari ini, harga saham ERAA turun 0,68% ke Rp 735 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×