kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China stop pembangunan PLTU di luar negeri, bagaimana nasib proyek 35.000 MW?


Senin, 27 September 2021 / 20:29 WIB
China stop pembangunan PLTU di luar negeri, bagaimana nasib proyek 35.000 MW?
ILUSTRASI. Pekerja berkomunikasi dengan operator alat berat pada proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) . ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/ama.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini, China mempertegas komitmennya terhadap penggunaan energi bersih. Dikutip dari Kompas.com, Presiden China, Xi Jinping menyatakan bahwa negaranya tak mau lagi membangun proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara baru di luar negeri dalam Sidang Umum PBB yang digelar di New York, Selasa (21/9) lalu. Meski tidak dirinci lebih lanjut, pernyataan ini diduga dapat secara signifikan membatasi investasi PLTU batubara di negara berkembang.

Selain menyampaikan komitmen untuk menyetop pembangunan PLTU di luar negeri, Xi juga menyatakan bakal meningkatkan dukungan terhadap pengembangan energi hijau dan rendah karbon di negara-negara berkembang. “China akan meningkatkan dukungan untuk negara-negara berkembang lainnya dalam mengembangkan energi hijau dan rendah karbon,” tutur Xi sebagaimana dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Peran Negeri Tirai Bambu sendiri memiliki peran dalam proyek-proyek PLTU di Indonesia Dalam sebuah siaran pers yang dirilis oleh Climate Policy Initiative Indonesia, disebutkan bahwa China telah menggelontorkan dana investasi sebesar US$ 9,6 miliar dalam kurun waktu 2000-2019. Sebanyak US$9,3 miliar di antaranya dialokasikan hanya untuk pembangkit listrik energi batubara. 

Baca Juga: Negara Asia Timur tinggalkan batubara, jadi lecutan bagi Indonesia kembangkan EBT

Saat ini, Indonesia masih mengawal berbagai proyek pembangunan pembangkitan tenaga listrik, termasuk salah satunya  Pembangunan Pembangkit 35.000 MW. Program ini diluncurkan pada Mei 2015 lalu  di Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan masih berjalan hingga saat ini. Sejauh ini, belum ketahuan seberapa besar porsi kontribusi pendanaan China dalam pengembangan PLTU yang ada di dalam peta jalan proyek ini. 

Menanggapi hal ini, Ketua Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI), Arthur Simatupang mengatakan, dirinya optimistis proyek-proyek eksisting PLTU yang sedang berjalan tidak akan mengalami kendala pembiayaan.

“Sumber pendanaan PLTU untuk proyek yang sudah memiliki komitmen pendanaan tidak terganggu, karena sudah masuk dalam RUPTL sebelumnya dan masih menjadi komitmen pengembang, PLN dan lembaga pendanaan,” kata Arthur saat dihubungi Kontan.co.id (27/9).

Lebih lanjut, Arthur juga menambahkan bahwa anggota APLSI memiliki komitmen untuk mengembangkan pembangkit-pembangkit tenaga listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) ke depannya. 




TERBARU

[X]
×