kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten distributor ponsel masih bisa tumbuh


Selasa, 28 November 2017 / 08:49 WIB
Emiten distributor ponsel masih bisa tumbuh


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan telepon pintar alias smartphone cenderung menurun pada kuartal ketiga tahun ini. Meski demikian, masih ada peluang pertumbuhan kinerja bagi emiten yang berbisnis distribusi perangkat telekomunikasi.

Mengutip data International Data Corporation (IDC), penjualan ponsel pintar di Indonesia pada kuartal III 2017 turun 1,1% year on year (yoy) jadi 7,2 juta unit. Dibanding kuartal II-2017, penjualan smartphone turun 8,6% (Harian KONTAN, edisi 27 November 2017).

Tapi, Analis Danareksa Sekuritas Adeline Solaiman menyatakan, penjualan distributor ponsel masih bisa tumbuh. Misal, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang mencatat kenaikan penjualan telepon seluler dan tablet sebesar 6,8% yoy pada kuartal III-2017.

Cuma secara akumulasi, di sembilan bulan pertama 2017, penjualan itu hanya naik 2,3%. "Memang lemah tapi tetap tumbuh, tidak mengalami penurunan atau minus," ujar Adeline, Senin (27/11).

Di sisi lain, penjualan ponsel PT Global Teleshop Tbk (GLOB) masih turun 9,2% yoy menjadi Rp 194,47 miliar. Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, penurunan penjualan ponsel pintar lebih dipicu oleh momentum.

Ambil contoh, pada kuartal II lalu, ada momentum Ramadan dan Idul Fitri. Itu membuat masyarakat cenderung berbelanja lebih besar ketimbang periode lain. "Jika ada penurunan atau sedikit lesu, masih wajar," kata Riska.

Riska maupun Adeline sepakat, banyak peluang bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis perangkat telekomunikasi. Menurut Adeline, kondisi makro ekonomi tahun depan bakal lebih baik. Sehingga, daya beli masyarakat akan meningkat.

Tapi, Adeline melihat kemunculan situs penjualan online dan black market menjadi tantangan bagi peritel sektor ini. "Untungnya, pemerintah memperketat regulasi terkait hal tersebut," tutur Adeline.

Proyeksi Adeline, pendapatan ERAA di akhir tahun ini bisa naik 9,5% yoy. Lalu, laba bersihnya akan tumbuh 14,9% yoy. Tahun depan, pendapatan dan laba bersih ERAA pun diharapkan masih bisa tumbuh seperti tahun ini.

Di sektor ini, Riska merekomendasikan buy saham ERAA dengan target harga Rp 850 per saham. Kemarin, saham ERAA ditutup di Rp 785.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×