kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fitria Anindita Putri sukses bisnis kuliner berkat memasak sarapan buat suami


Minggu, 16 Juni 2019 / 07:10 WIB
Fitria Anindita Putri sukses bisnis kuliner berkat memasak sarapan buat suami


Reporter: Merlinda Riska | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Memang sangat menyenangkan jika hobi menjadi sumber cuan. Melakukan aktivitasnya tentu akan penuh kesenangan dan sukacita.

Begitu banyak pengusaha yang berangkat dari hobi lalu mampu menghasilkan pendapatan yang menggiurkan. Fitria Anindita Putri, salah satunya.

Melalui usaha kuliner khas Jepang, pemilik By Anind yang populer dengan menu mentai shirataki salmon ini mampu mendulang omzet ratusan juta rupiah sebulan. Dan, omzet itu dia dapat hanya dalam tempo sekitar satu tahun.

Sejak kecil, Anin, panggilan akrabnya, memang sudah bercita-cita menjadi pengusaha restoran. Perempuan 30 tahun ini lalu melanjutkan pendidikan ke Jurusan Manajemen Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan.

Hobinya menyantap berbagai makanan ikut menambah kesungguhan untuk jadi pengusaha kuliner. Selepas lulus kuliah pada 2011, Anin merintis usaha kecil-kecilan dengan membuat hidangan penutup alias dessert.

Ketika itu, dia baru menjualnya lewat media sosial Twitter dan dari mulut ke mulut. Namun ternyata, dessert buatannya tidak terlalu diminati.

Bahkan, sepanjang hari sering sekali tidak ada pesanan yang masuk. “Kebanyakan cuma beli sekali saja, terus udah enggak pesen lagi,” kenang Anin.

Bertolak dari kenyataan itu, Anin mengambil pelajaran. Kesimpulannya, lidah masyarakat Indonesia belum terlalu familier dengan dessert yang kebanyakan memiliki rasa manis.

Ibu satu anak ini pun memutuskan untuk memperdalam ilmu soal dessert dengan mengambil kursus singkat hidangan penutup ala Jepang. Dessert negeri matahari terbit jadi pilihan Anin karena kebanyakan hidangan penutup berkiblat ke Prancis. Ia juga ingin menu baru untuk usaha kulinernya.

Tapi, dia tidak langsung melanjutkan usaha kuliner, melainkan memilih bekerja sebagai pengajar kelas memasak di sebuah perusahaan franchise Amerika Serikat (AS) di Jakarta. Tapi, karena kelahiran anak pertama, Anin harus melepas status karyawan penuh menjadi paruh waktu. “Tambah lagi, saat itu kantor juga pindah ke Serpong, saya kerepotan membagi waktu,” ungkapnya.

Nah, saat melakoni pekerjaan paruh waktu itu lah, dia kembali memulai usaha kuliner. Langkah tersebut berawal saat membuat sarapan untuk sang suami.

Ketika itu, masih ada sisa daging ikan salmon yang biasa ia suguhkan untuk anaknya. Anin lantas membuat mentai shirataki. “Ternyata, kata suami, rasanya enak,” ungkapnya.

Anin pun memberanikan diri menawarkan makanan hasil racikannya itu lewat Twitter, Instagram, dan langsung ke teman-temannya. Hari pertama berlalu dan belum juga ada yang minat.

Tapi, dia tak patah arang dan terus bersabar, sampai akhirnya satu per satu pesanan masuk. “Ternyata, dari yang memesan ini terus repeat order (pesan lagi),” ujarnya.

Sampai-sampai pesanan yang mengalir semakin deras membuat Anin kewalahan. Maklum, ia masih bekerja paruh waktu sebagai pengajar kelas memasak.

Akhirnya, Anin memutuskan berhenti kerja pada 2017. Dengan modal awal Rp 500.000 untuk membeli bahan baku, dia mantap melangkah untuk fokus membesarkan usaha kuliner khas Jepangnya.

Tembus 500 loyang

Bisnisnya makin maju setelah bergabung menjadi mitra Go-Food, aplikasi pesan antar makanan besutan Go-Jek, pada Juli 2018. Permintaan yang datang melonjak drastis.

Dari sebelumnya cuma dua loyang per hari, jadi 500 loyang sehari. Dengan harga jual Rp 47.000 hingga Rp 85.000 per loyang, bisa kita hitung sendiri omzetnya.

Tak hanya omzet yang meroket, kerjasamanya dengan Go-Food juga membuat Anin tak perlu terlalu pusing memikirkan promosi. Jaringan Go-Food sudah sangat luas. “Tapi, untuk posting di Instagram dan medsos lainnya tetap dijalani karena tetap membantu,” ujarnya.

Kebanyakan konsumennya adalah pegawai kantoran di wilayah Jakarta dan Tangerang. Sisanya dari pemesan rumahan. “Yang rumahan memesan untuk konsumsi pribadi, juga acara ulang tahun dan terkadang pernikahan,” jelas Anin.

By Anind menyediakan salmon kani mentai rice, shirataki casserole, dan shirataki tektek. Harganya berkisar Rp 47.000 hingga Rp 85.000 per loyang. Yang paling favorit adalah salmon mentai yang berkontribusi hingga 90% lebih dari total penjualan By Anind.

Salah satu keunggulan mentai racikan Anin adalah pemilihan bahan baku ikan salmon yang masih segar lagi berkualitas tinggi. “Saya menggunakan bahan baku yang paling unggul, yakni jenis ikan salmon trout bukan norway,” akunya.

Memang konsekuensinya, harga salmon trout lebih mahal. Selisihnya bisa mencapai Rp 50.000 per kilogram (kg) dibanding jenis norway.

Dan, harganya tergolong fluktuatif karena produk impor. Jadi, terpengaruh sekali dengan pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Tapi, ketika harga bahan baku naik, Anin tidak mengerek harga jual produk. Baginya, pelanggan adalah raja. Sehingga, ia memilih opsi mendapatkan keuntungan yang lebih sedikit saat harga salmon naik.

Seiring bisnis yang membesar, Anin yang awalnya membeli salmon di supermarket kini memiliki empat pemasok di Jakarta. Jadi, dia tak lagi kesulitan memperoleh salmon. “Apalagi, salah satu supplier adalah mertua,” ujarnya tertawa.

Sedang untuk kemasan, ia memilih mendatangkan langsung dari Yogyakarta karena faktor harga. Harga kemasan dari penjual di Jakarta dan sekitarnya lebih mahal.

Saat ini, untuk mengerjakan pesanan, Anin mendapat bantuan dari empat karyawan. Jumlah pekerja ini bertambah dibanding 2017, saat pesanan mulai menanjak dia hanya mempekerjakan dua karyawan.

Meski begitu, di momen-momen tertentu, ia kesulitan menangani permintaan yang masuk. Biasanya, order melonjak di tanggal-tanggal gajian karyawan, yakni antara akhir bulan hingga awal bulan. “Kalau ada salah satu karyawan yang tidak masuk, terpaksa suami izin tidak masuk kerja untuk membantu saya,” katanya.

Sebetulnya, Anin ingin menambah sumberdaya manusia (SDM). Tapi, ia masih pikir-pikir. Banyak pertimbangannya. Mulai belum menemukan karyawan handal dan betul-betul bisa dipercaya, hingga proses produksi yang masih berlangsung di dapur rumah.

Ini yang membuat Anin harus pintar-pintar memilih karyawan, khawatir privasinya terganggu. “Apalagi, saya punya anak kecil,” tegasnya.

Buka cabang

Ke depan, Anin berencana membuka cabang di daerah lain. Sebab order mulai menyebar, bukan cuma Jakarta dan Tangerang, tapi juga Bogor, Depok, dan Bekasi. Tentu, pengiriman dari rumahnya di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur, jadi butuh waktu lebih lama.

Terlebih, produknya memiliki tempo yang tidak terlalu lama untuk dikonsumsi. Waktu terbaik adalah hingga tiga jam sejak selesai dibuat. Maksimal adalah lima jam, dan kalau sudah lewat dari waktu itu, maka harus segera masuk lemari pendingin atau kulkas.

Untuk lokasi cabang, Anin masih mempelajari dan mencari tempat yang pas. Data-data pelanggan ia dapatkan dari Go-Food. Cuma, berdasarkan data dari Go-Food, daerah yang jadi kandidat terkuat untuk cabangnya adalah wilayah Bintaro, Tangerang Selatan.

Kalau jadi membuka cabang, Anin akan mempercayakan pengelolaannya kepada temannya semasa kerja jadi pengajar kelas memasak di perusahaan franchise AS. Ia juga punya impian memiliki dapur yang standar dan luas agar bisa mendongkrak kapasitas produksi.

Sedangkan untuk jangka dekat, Anin akan meluncurkan menu terbaru di bulan puasa. Ia optimis, dessert teranyarnya mendapat sambutan hangat di pasar. Selain nama besar By Anind, dia menemukan formula shirataki yang bisa pas dengan rasa manis tapi tidak aneh di lidah orang Indonesia.

Apalagi, By Anind baru saja menyabet Juara Partner Go-Food Inovasi Terbaik 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×