kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gudang Garam mendulang rezeki dari tahun politik


Kamis, 31 Mei 2018 / 08:15 WIB
Gudang Garam mendulang rezeki dari tahun politik


Reporter: Michelle Clysia Sabandar | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai kampanye antirokok dan kenaikan cukai rokok masih belum menggoyahkan PT Gudang Garam Tbk. Emiten berkode GGRM ini justru sukses mencetak kinerja gemilang sepanjang kuartal satu lalu.

Di periode tersebut, GGRM sukses mencetak pendapatan Rp 21,98 triliun, naik 10,07% dibandingkan pendapatan setahun sebelumnya. Cuma memang, laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk naik tipis, yakni 0,13%, menjadi sebesar Rp 1,89 triliun.

Penjualan sigaret kretek mesin (SKM) memberi kontribusi paling besar. Penjualan rokok jenis ini mencapai Rp 19,76 triliun, naik 10,10% dari tahun sebelumnya. Kontribusinya pada total penjualan GGRM mencapai 89,90%.

Analis MNC Sekuritas Victoria Venny, dalam risetnya per 8 Mei lalu, menulis, memang sempat ada kekhawatiran terhadap prospek bisnis GGRM setelah pemerintah menaikkan cukai rokok untuk tahun ini. Kenaikan cukai akan mengerek naik harga rokok. Sementara, daya beli masyarakat masih rendah.

Namun kenaikan cukai ini justru bisa menjadi salah satu pendorong kinerja. Victoria memprediksi, kebijakan tersebut membuat harga rata-rata alias average selling price (ASP) GGRM naik 10,18% dibanding tahun lalu. Hal ini akan mengangkat penjualan.

Kenaikan penjualan tersebut tidak akan terlalu mempengaruhi GGRM lantaran harga produknya masih lebih murah ketimbang pesaing, seperti rokok produksi PT HM Sampoerna Tbk. Victoria mencatat, harga rokok GGRM merek Surya Pro Mild saat ini sekitar Rp 12.500 per pak atau Rp 781 per batang. Sementara rokok HMSP merek A Mild 16 sekitar Rp 19.300 per pak atau sekitar Rp 1.260 per batang.

Apalagi, pada dasarnya masyarakat masih banyak yang mengonsumsi rokok. "Permintaan rokok tidak elastis, di mana respons pasar dan perubahan permintaan sangat kecil, meskipun harga meningkat," urai Victoria.

Para analis juga menilai GGRM masih memiliki fundamental yang oke. Ada beberapa faktor yang berpotensi menjadi sentimen positif bagi kinerja GGRM ke depan.

Pertama, sentimen tahun politik. Permintaan rokok berpotensi meningkat menjelang dan usai pemilihan kepala daerah maupun pemilihan presiden. "Karena sebentar lagi pemilu, ada kemungkinan penjualan rokok produksi Gudang Garam naik," tutur Christine Natasya, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rabu (30/5).

Victoria memperkirakan, volume penjualan GGRM berpotensi meningkat 1% dibandingkan tahun lalu berkat sentimen tahun politik. Pangsa pasar GGRM juga berpotensi membesar.

Daya beli

Kedua, permintaan rokok di dalam negeri diyakini masih besar. Menurut riset Southeast Asia Tobacco Control Alliance, permintaan rokok di Indonesia masih akan tumbuh rata-rata 2,5% per tahun di periode 2016-2020. Karena itu, meski saat ini banyak kampanye antirokok, analis menilai permintaan rokok tidak akan terganggu.

Ketiga, kebijakan pemerintah dalam mendorong peningkatan daya beli. Analis Panin Sekuritas Nico Laurens dalam riset 28 Mei menuturkan, pertumbuhan belanja konsumen tahun ini akan menjadi katalis positif bagi sektor rokok. Pemerintah juga dinilai mendukung peningkatan daya beli, khususnya di segmen menengah bawah.

Christine memprediksi pendapatan GGRM tahun ini berpotensi naik 9,79% dibanding tahun lalu menjadi Rp 91,46 triliun. Laba bersih berpotensi naik 9,4% jadi Rp 8,48 triliun.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, para analis sama-sama merekomendasikan beli untuk saham GGRM. Christine menghitung target harga saham rokok ini ada di level Rp 89.000 per saham.

Sementara menurut perhitungan Victoria target harga GGRM adalah Rp 85.100 per saham. Nico punya target harga lebih optimistis, yakni sebesar Rp 96.000 per saham.

Pada perdagangan Rabu (30/5), harga saham GGRM ditutup di Rp 68.375 per saham. Bila dihitung sejak awal tahun, harga saham ini sudah merosot 18,41%.

Meski begitu, Victoria menilai investor perlu mewaspadai dampak kampanye antirokok dalam jangka panjang. Meski saat ini dampak kampanye tersebut tidak mempengaruhi volume penjualan secara signifikan, penjualan berpotensi terpengaruh dalam jangka panjang. Apalagi, saat ini juga banyak orang yang beralih ke gaya hidup sehat dan meninggalkan rokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×