kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara kembali menembus US$ 100


Kamis, 03 Mei 2018 / 08:15 WIB
Harga batubara kembali menembus US$ 100


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas batubara kian perkasa. Sempat diramalkan sulit kembali menembus level US$ 100 per metrik ton, harga logam energi ini justru konsisten terus menguat.

Hasilnya, pada Selasa (1/5) lalu, harga batubara kontrak pengiriman Juni 2018 di ICE Futures Exchange melambung 1,93% ke US$ 100,10 per ton. Bila dihitung dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini sudah terbang 7,69%.

Harga batubara bisa menguat lantaran pemintaan global, khususnya dari kawasan Asia, masih tinggi. Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar memaparkan, batubara masih dibutuhkan oleh Jepang, Korea Selatan, Vietnam dan China.

Maklum, jumlah pembangkit listrik berbahan baku batubara di Asia justru bertambah. Tahun lalu, pembangkit listrik batubara baru sekitar 50% dari total pembangkit listrik di dunia. "Sekarang sekitar 70% pembangkit listrik secara global memanfaatkan batubara dan kebanyakan ada di Asia," kata Deddy, Rabu (2/5).

Di Korea Selatan, sekitar 40% pembangkit listrik bertenaga nuklir sedang offline. Akibatnya, penggunaan batubara makin bertambah.

Tingginya kebutuhan batubara juga terlihat di India. Bulan lalu, produksi batubara Negeri Bollywood ini naik 17% jadi 44,84 juta ton. Pengiriman batubara juga naik 12,5% menjadi 50,97 juta ton.

Deddy menilai, hal ini wajar terjadi lantaran India perlu memenuhi kebutuhan batubara domestiknya yang tinggi. "India tentu saja lebih baik memaksimalkan kapasitas produksi dalam negeri, ketimbang harus impor dari negara produsen lain," ujar dia.

Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures, menambahkan, harga batubara juga mendapat sokongan dari tren harga minyak mentah yang masih menguat. Sementara dari China, ada sentimen positif pasca dirilisnya data PMI Manufaktur Caixin yang berada di level 51,5, atau lebih tinggi dari ekspektasi di level 50,9.

Kenaikan indeks tersebut menunjukkan terjadi kenaikan aktivitas industri dan pabrik di China. Hal ini dapat mendorong naik harga komoditas. "Meskipun China tengah mengupayakan kebijakan ramah lingkungan dan mengalihkan bahan baku, prosesnya masih butuh waktu panjang," tutur Wahyu.

Kelebihan pasokan

Meski begitu, analis menilai harga batubara masih bisa kembali merosot. Jangan lupa, saat ini China terus mengurangi pemakaian batubara dan menggantikannya dengan gas alam sebagai bahan baku pembangkit listrik.

Tahun 2020, Negeri Tirai Bambu ini mengharapkan pembangkit listriknya sudah menggunakan gas alam seluruhnya. "Artinya, tingkat permintaan berpotensi semakin turun karena China termasuk yang paling tinggi kebutuhannya selama ini, "kata Deddy.

Selain itu, harga batubara juga masih dibayangi dengan kondisi oversupply. Negara produsen, seperti Indonesia dan Australia, terus menambah produksi. "Memang, pasokan masih akan diserap negara-negara yang membutuhkan. Tapi, saat cadangan terpenuhi, maka oversupply berpotensi terjadi," imbuh Deddy.

Deddy memprediksi harga batubara hari ini akan bergerak di kisaran US$ 99,44–US$ 100,45 per ton. Lalu menurut hitungan Wahyu, harga batubara sepekan ke depan akan bergerak di rentang US$ 95–US$ 104 per ton.

Secara teknikal, harga batubara saat ini bergulir di atas garis MA 50, 100, dan 200. Indikator MACD masih berada di teritori positif. Namun, indikator stochastic dan RSI menunjukkan kondisi overbought sehingga harga berpeluang terkoreksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×