kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara melambung, sejumlah perusahaan tambang tetap fokus hilirisasi


Minggu, 17 Oktober 2021 / 12:51 WIB
Harga batubara melambung, sejumlah perusahaan tambang tetap fokus hilirisasi
ILUSTRASI. Suasana penambangan batubara menggunakan bucket wheel escavator di lokasi penambangan batubara PT. Bukit Asam (PTBA) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (20/5). KONTAN/Hendra Suhara


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di masa harga batubara yang melonjak hingga menembus US$ 200/ton, sejumlah perusahaan batubara masih tetap fokus menggarap proyek hilirisasinya agar berjalan sesuai dengan target yang diharapkan.  

Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Apollonius Andwie mengatakan saat ini proyek hilirisasi batubara PTBA fokus pada PLTU Mulut Tambang Sumatera Selatan 8 berkapasitas 2x620 megawatt (MW) dan pabrik gasifikasi DME di Tanjung Enim. 

"Baik PLTU Sumsel 8 maupun gasifikasi DME masih berjalan sesuai target, untuk PLTU Sumsel 8 bahkan telah mencapai 90% per-Agustus 2021 dan akan beroperasi di tahun 2022," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (15/10). 

Sebagai informasi, proyek PLTU mulut tambang Sumsel yang bernilai US$  1,68 miliar ini sudah menggunakan teknologi ramah lingkungan yang menghasilkan emisi karbon yang kecil. Sehingga, sejauh ini PTBA tidak memiliki rencana untuk melengkapi PLTU Sumsel-8 dengan fasilitas carbon capture.

Baca Juga: Didorong kenaikan harga komoditas, penjualan alat berat capai 8.821 unit per Agustus

Selain PTBA, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melalui PT Adaro Power juga tetap gencar menjajaki proyek hilirisasi batubara. Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, Adaro sedang dalam tahap Pra-Feasibility Study (FS) untuk menggarap proyek hilirisasi batubara dalam bentuk gasifikasi untuk memproduksi methanol (coal to methanol). 

Presiden Direktur PT Adaro Power, Dharma Djojonegoro mengatakan, saat ini Adaro Power tetap menjalankan kajian proyek hilirisasi sesuai dengan ketentuan undang-undang. "Saat ini masih dalam tahap pre-FS dan diskusi dengan berbagai stakeholders," jelasnya saat dihubungi terpisah. 

Dharma bilang, hilirisasi merupakan bagian  dari komitmen Adaro Power untuk mendukung pemerintah  dan sesuai arahan Presiden Jokowi untuk senantiasa menciptakan  nilai tambah. 

Sebelumnya Dharma memaparkan, pabrik gasifikasi batubara membutuhkan lahan untuk lokasi proyek, pasokan listrik, akses terhadap air bersih, dan pasokan batubara yang akan melalui proses gasifikasi menjadi produk bernilai tambah seperti methanol dan Dimethyl Ether (DME). 

Dia bilang, Adaro Group melalui berbagai pilar bisnis di dalamnya, memiliki kapabilitas yang dibutuhkan dan akan berkolaborasi untuk membangun pabrik gasifikasi batubara di area tambang Adaro di wilayah Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan. 

Baca Juga: Begini status rancangan perpres pembelian tenaga listrik EBT

Lantas, untuk membangun pabrik gasifikasi batubara diperlukan investasi yang besar bahkan Dharma memproyeksikan hingga miliaran dolar. Tentu dari sisi investor, menginginkan suatu skema yang bisa membuat mereka untung. 

Namun sayang, saat ini pemanfaatan DME masih menghadapi  banyak tantangan dan harus dicari solusinya. Salah satu tantangannya ialah keekonomian DME dibandingkan dengan LPG.  Selain itu, perihal konversi tabung dari LPG ke DME, apa saja yang perlu dilakukan.

Selanjutnya: APSyFI sebut kelangkaan batubara ikut menekan industri tekstil dalam negeri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×