kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga daging naik, BEEF fokus bisnis produk olahan dan logistik rantai dingin


Minggu, 24 Januari 2021 / 15:30 WIB
Harga daging naik, BEEF fokus bisnis produk olahan dan logistik rantai dingin
ILUSTRASI. Penjualan daging sapi olahan produksi PT Estika Tata Tiara Tbk, produsen daging sapi olahan dengan merek Kibif, Boss, Kipao, Murato, Adell


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga daging yang terus menanjak dari tahun lalu hingga saat ini membuat PT  Estika Tata Tiara Tbk (BEEF)  mengalihkan bisnisnya ke produk bernilai tambah, seperti produk olahan. Selain itu, BEEF juga menguatkan bisnis logistik rantai dingin (cold chain logistic). 

Melansir catatan Kontan sebelumnya, harga daging yang naik diungkapkan Asosisasi Pedagang Daging Indonesia (APDI). Lonjakan harga daging sapi dari Australia per-Juli 2020 di posisi US$ 3,6 per kg bobot hidup sapi bakalan, dan harga per Januari-Februari 2021 sudah masuk di posisi US$ 3,9 per kg bobot hidup sapi bakalan. 

Adapun BEEF memasok hampir 100% sapi hidup dari Australia, baik yang diimpor langsung maupun dibeli dari perusahaan penggemukan lainnya. 

"Harga bahan baku untuk pemotongan sudah tidak layak (feasible), sementara BEEF mengalihkan pasokan ke daging impor. Sebab yang harganya tinggi sapi hidup, kalau daging meskipun naik masih lebih murah," jelas Direktur Utama Estika Tata Tiara, Yustinus Sadmoko kepada Kontan.co.id, Jumat (22/1). 

Cara BEEF mengatasi masalah ini dengan melakukan transformasi bisnis ke produk-produk yang punya nilai tambah (value added). Yustinus mengungkapkan sejak awal pandemi, BEEF fokus pada produk olahan dan cold chain logistic. Menurutnya kedua sektor ini merupakan segmen dengan margin keuntungan lebih tinggi serta sejalan dengan trend perubahan pola konsumsi masyarakat ke depannya.

Baca Juga: Akan rights issue, Estika Tata Tiara (BEEF) bidik dana segar lebih dari Rp 100 miliar

"Adapun daging sapi hanya sebagai pendukung saja. BEEF tetap memasok pasar daging dengan produk daging sapi impor," kata Yustinus.

Pada 2019, inti bisnis BEEF adalah sebagai penyedia daging sapi, makanan olahan, dan frozen food karena dinilai masih rendahnya tingkat konsumsi makanan berprotein di Indonesia. Adapun di 2020 ketika terjadi pandemi, manajemen BEEF melihat ada perubahan kebiasaan konsumen yang meningkatkan permintaan produk cepat saji dan frozen food. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen di masa pandemi, BEEF menambahkan varian produk yang mudah dihidangkan. 

Adapun untuk memenuhi permintaan tersebut, BEEF sudah berencana untuk ekspansi fasilitas makanan olahan dan logistik rantai dingin. Namun sayang, manajemen BEEF belum bisa memerinci berapa perkiraan investasinya. Yang terang, salah satu pendanaannya nanti dari aksi rights issue yang targetnya di semester II 2021. 

Sebagai informasi, saat ini kapasitas produksi BEEF di Cikarang sebesar 20 ton per hari dengan utilisasi 50%, kemudian pabrik Salatiga dengan kapasitas 15 ton per hari utilisasinya suudah mendekati 90% perhari. Pabrik lainnya di Subang dengan penggemukan sapi 6.000 ekor dan kapasitas produksi bakso 2,5 ton per hari, serta portioning kapasitas 7 ton per hari. 

Selanjutnya: Jaga kinerja, Estika Tata Tiara (BEEF) perkuat lini bisnis bernilai tambah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×