kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hindari tarif, berbagai perusahaan siap eksodus dari China


Rabu, 24 Oktober 2018 / 17:06 WIB
Hindari tarif, berbagai perusahaan siap eksodus dari China
ILUSTRASI. Perang dagang AS-China


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Berbagai perusahaan bersiap untuk keluar dari China bila perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina terus berlangsung.

Seperti yang dilansir oleh Bloomberg Rabu (24/10), para analis mendengar pandangan dari para eksekutif perusahaan mengenai perang dagang. Analis menggunakan kesempatan pelaporan pendapatan perusahaan untuk mendengar pandangan pelaku industri.

Tema yang umum adalah bahwa mereka siap untuk merelokasi rantai pasokan jika biaya mengimpor barang-barang China menjadi mahal.

Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif 10% pada impor China senilai US$ 200 miliar pada bulan September. Tak sampai di situ, AS berjanji untuk menaikkan kewajiban tarif menjadi 25% pada bulan Januari mendatang.

Dia juga mengancam untuk memperluas retribusi untuk semua produk yang diimpor dari China. Berdasarkan data terbaru dari Departemen Perdagangan AS produk ini berjumlah US$ 531 miliar dalam 12 bulan terakhir hingga Agustus.

Ambil contoh produsen label California Avery Dennison Corp yang akan keluar dari China ke wilayah lain yang memiliki sumber untuk produksi pakaian. Senada dengan Canadian National Railway Co. yang berencana akan pindah ke Vietnam, Bangladesh, maupun ke Indonesia.

Direktur Utama Canadian National Railway Jacques Ruest bilang dimanapun produk diproduksi pada dasarnya masih ada permintaan bagi yang membutuhkan.

"Jadi secara keseluruhan, kami sangat optimistis tentang perdagangan dari Asia -Pasifik dari Asia ke Amerika Utara pada 2019," ujar Ruest.

Sedangkan Direktur Keuangan Pentair Plc Mark Borin menyatakan terus terus mengevaluasi keseluruhan rantai pasokan. Perusahaan yang berbasis di London ini tengah mencari peluang untuk dapat melakukan perubahan untuk mengurangi dampak tarif jangka panjang.

"Sekarang, hal-hal itu sedikit lebih jelas. Kami memiliki pabrik di Suzhou, jadi kami akan mengevaluasi apa yang kami lakukan di sana dan bagaimana struktur rantai pasokan keseluruhan," ujar Biarin.

Logitech International SA juga siap keluar dari China. Bracken Darrell, CEO dari produsen perangkat komputer input pribadi asal Swiss ini bilang perusahaan memiliki kemampuan untuk memindahkan perusahaan manufaktur.

"Saat kami perlu pindah, kami lebih dari mampu melakukan itu. Kami punya tim untuk melakukannya dan kami memiliki banyak pengalaman melakukannya," tegas Darrel.

Begitupun dengan CEO Lennox International Inc. Todd Bluedorn yang yakin tarif China akan berlangsung lama.
Hindari tarif, perusahaan berencana pindah ke Asia Tenggara dan negara berbiaya rendah.

Perusahaan teknologi dan penerangan teknologi Belanda, Philips juga akan menata ulang mara rantai pasokan. Guna mengurangi dampak tarif, CEO Philips Frans van Houten bilang memiliki fasilitas manufaktur di Amerika Serikat, di Eropa, dan di Asia.

Lain halnya dengan Vicor Corp. Produsen konverter daya Massachusetts ini, selain mencari vendor pengganti non-Cina, perusahaan tengah berupaya jumpa keringanan tarif. Direktur Keuangan Vicor Corp James Simms bilangg perusahaan meminta pengecualian tarif pada sejumlah komponen terbatas, yang tidak ada vendor alternatif.

Perusahaan sepatu kenamaan Skechers USA Inc juga siap keluar dari negeri tirai bambu.

"Kami memiliki kapasitas untuk bergerak di luar China. Bisnis kami tidak akan berbeda. Kami akan mencari di mana ketersediaan terbaik untuk kualitas produksi dan harga di seluruh dunia," jelas Direktur operasional Skechers David Weinberg.




TERBARU

[X]
×