kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45982,64   -7,73   -0.78%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hippindo: Bisnis restoran sulit bertahan jika hanya melayani take away


Selasa, 15 September 2020 / 22:44 WIB
Hippindo: Bisnis restoran sulit bertahan jika hanya melayani take away
ILUSTRASI. Suasana pujasera di mall Senayan City, Jakarta, Senin (14/9/2020). Pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Total untuk pencegahan penyebaran COVID-19 yang mulai diterapkan pada Senin (14/9/2020) oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Mal atau


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menilai bisnis restoran akan semakin sulit bertahan dengan layanan take away saja.

Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah menyebutkan apabila tenan-tenan food and beverages (FnB) hanya bisa melayani pesanan take away maka memberikan tekanan yang signifikan bagi perusahaan-perusahaan besar yang memiliki gerai di pusat-pusat perbelanjaan. Sebabnya, selama ini layanan take away hanya berkontribusi pada pendapatan 10%-15%.

"Banyak restoran yang tidak menutup biaya mulai dari biaya karyawan hingga biaya sewa jika hanya mengandalkan omzet maksimal 15%," ujarnya kepada kontan.co.id, Selasa (15/9).

Baca Juga: Terus naik, penjualan mobil Astra International (ASII) di Agustus capai 16.773 unit

Karenanya, ia menilai jelas pelarangan dine-in akan memberikan kerugian yang signifikan khususnya bagi perusahaan-perusahaan besar.

Sejauh ini, Budihardjo bilang sudah ada beberapa restoran yang menutup gerainya dan merumahkan karyawannya. Sayang, ia belum bisa merincikan jumlahnya.

Selain itu, apabila tenant-tenant FnB hanya diperbolehkan melayani take away juga turut memberikan kerugian bagi toko-toko lainnya dan pusat perbelanjaan itu sendiri. Menurutnya, saat ini tujuan masyarakat mengunjungi pusat perbelanjaan adalah kuliner.

"Jadi kalau hanya boleh take away artinya hanya ojek online itu jelas tidak memiliki efek ke toko-toko lain untuk mendapat trafik," paparnya.

Baca Juga: Operator hotel sambut baik rencana pengunaan hotel untuk isolasi pasien Covid-19

Untuk membantu hal tersebut, Budihardjo menyebutkan telah meminta bantuan kepada pemerintah daerah maupun pusat terkait bantuan apa yang dapat diberikan.

Ia mencontohkan Singapura dan Malaysia yang mana peritelnya dibantu kala PSBB dengan memberikan bantuan untuk biaya karyawan 80%. Lalu, juga ada bantuan kepada pusat belanjanya dengan membantu tenant membayar 50% biaya sewa.

Selanjutnya: Pelaku usaha butuh langkah konkret pemerintah dorong industri berbasis teknologi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×