kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri manufaktur lokal mulai bangkit lagi


Jumat, 02 Februari 2018 / 09:07 WIB
Industri manufaktur lokal mulai bangkit lagi


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri manufaktur Indonesia tahun 2017 mulai menunjukkan perbaikan. Tingkat produksi industri manufaktur besar dan sedang pada tahun 2017 tumbuh lebih tinggi dibanding tahun 2016. Diperkirakan, pertumbuhan produksi industri pengolahan semakin meningkat pada tahun ini seiring proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia maupun global.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi industri manufaktur besar dan sedang sepanjang 2017 tumbuh 4,74% year on year (YoY), lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2016 yang sebesar 4,01% YoY. Sementara itu, industri manufaktur mikro kecil tahun 2017 tumbuh 4,74% YoY, jauh lebih lambat dibanding 2016 yang masih tumbuh 5,78% YoY.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, membaiknya laju produksi manufaktur besar dan sedang pada tahun lalu dibanding tahun 2016 didorong oleh kenaikan produksi industri makanan dan minuman sebesar 9,93% YoY. Apalagi industri makanan dan minuman menyumbang 27,09% terhadap total produksi manufaktur besar dan sedang. "Makanya kalau ada gejolak industri makanan akan pengaruh ke PDB kita," kata Suhariyanto di kantornya, Kamis (1/2).

BPS juga mencatat, industri lainnya sebagai penyumbang terbesar manufaktur besar dan sedang, mengalami kenaikan. Contohnya sektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia. Industri itu tumbuh 4,02% dengan sumbangan ke manufaktur besar dan sedang 16,14%. Sedangkan industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer, menyumbang 7,09%, dengan pertumbuhan 0,3%.

Sementara itu, perlambatan pertumbuhan produksi manufaktur mikro dan kecil utamanya disebabkan oleh penurunan pada industri pengolahan tembakau sebesar 20,45%. Industri ini menyumbang 0,4% terhadap keseluruhan manufaktur mikro dan kecil.

Menurut Suhariyanto, penurunan industri pengolahan tembakau lebih disebabkan oleh faktor musim panen tembakau. "Ada penurunan produksi pada tiga provinsi yakni NTT, NTB, dan Jawa Tengah, penurunannya hingga 30%. Selain itu, penjualan produk tembakau juga agak rendah," jelas Suhariyanto.

Kelas bawah lesu

Peneliti Institute for Development Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menganalisa, membaiknya produksi manufaktur besar dan sedang terjadi karena efek permintaan global. Hal itu tercermin dari kinerja ekspor nonmigas 2017 yang naik 15,8% YoY. "Ekspor industri pengolahan tumbuh 13,14% YoY," jelas Bhima.

Catatan BPS, ekspor industri pengolahan tahun 2017 mencapai US$ 125,02 miliar, sedangkan tahun 2016 hanya US$ 110,5 miliar.

Sedangkan pelambatan produksi manufaktur mikro dan kecil lantaran pasar domestik dan konsumen kelas bawah sedang lesu. Bhima memperkirakan, konsumsi rumah tangga tahun 2017 hanya akan tumbuh 4,9% YoY. "Indikator lain, upah buruh tani riil dan upah pekerja bangunan juga trennya turun," terang Bhima.

Bhima memperkirakan, produksi manufaktur besar dan sedang lebih positif di tahun ini. Hal itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi tumbuh di angka 3,2% tahun ini. Pemulihan ekonomi China dan Amerika Serikat (AS) dalam tren yang berlanjut sehingga permintaan barang menjadi naik, lebih tinggi dari tahun lalu.

Sedangkan untuk manufaktur mikro dan kecil diharapkan terdorong pulihnya daya beli masyarakat kelas bawah. Hal itu didorong oleh berlangsungnya Pilkada dan meningkatnya harga komoditas perkebunan, terutama petani karet dan CPO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×