kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak tiga emiten yang sensitif dengan pelemahan rupiah, menurut Bahana Sekuritas


Selasa, 31 Juli 2018 / 08:44 WIB
Simak tiga emiten yang sensitif dengan pelemahan rupiah, menurut Bahana Sekuritas
ILUSTRASI. Indomie


Reporter: Yoliawan H | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tren pelemahan rupiah, beberapa emiten mengalami dampak signifikan yang berpotensi menggerus laba perusahaan.

Kendati intervensi terhadap pelemahan rupiah telah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), pada penutupan perdagangan Jumat (27/7) nilai tukar rupiah masih ditutup melemah sekitar 6% terhadap dollar AS.

Berdasarkan keterangan pers PT Bahana Sekuritas yang diterima Kontan.co.id, Selasa (31/7), pelemahan nilai tukar yang telah terjadi selama beberapa bulan terakhir ini, diperkirakan masih akan terjadi akibat tekanan global. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang bahan bakunya masih mengandalkan impor dan memiliki utang dalam dollar AS.

Salah satu di antaranya PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang bahan baku anak usahanya seperti Bogasari dan PT Indofood CBP sukses Makmur Tbk (ICBP) masih mengandalkan impor gandum. Ditambah lagi Indofood masih memiliki utang valas sebesar US$ 587 juta dan utang Indofood CBP sebesar US$ 57 juta.

Analis Bahana Sekuritas, Michael Setjoadi mengatakan, setiap pelemahan 1% rupiah akan menggerus laba bersih Indofood CBP sebesar 1,7% dan 3,6% untuk Indofood Sukses Makmur.

Pada awal tahun, Bahana memperkirakan laba bersih Indofood akan naik sekitar 5,5% atau mencapai Rp 4,40 triliun dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp 4,17 triliun, ditopang oleh performa Indofood CBP yang diperkirakan akan tumbuh 10,1%.

Emiten lain yang akan merasakan dampak pelemahan kurs rupiah adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) lantaran sekitar 50% dari total barang yang dijual perseroan adalah impor dari Amerika, Eropa dan negara lainnya. Sehingga, sekitar 15%-20% dari total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa atau yang lebih dikenal dengan cost of goods sold (COGS) dalam denominasi dollar AS.

Riset Bahana Sekuritas menyebut, setiap 1% pelemahan dolar, akan menggerus laba bersih perseroan berkode saham MAPI sebesar 2,8%. Perseroan baru akan menaikkan harga barang bila rupiah sudah menyentuh level sekitar Rp 15.000 per dollar AS.

Pada awal tahun Bahana memperkirakan laba bersih MAPI akan naik lebih 100% atau mencapai Rp 789 miliar pada akhir 2018, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 335 miliar.

Produsen ayam PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) juga akan terpapar buruknya tren kurs rupiah karena mengandalkan impor untuk pakan ayam, meski Japfa diuntungkan dengan perang dagang Amerika dan China yang membuat harga kedelai turun. Berdasarkan riset Bahana sekitar 60% dari total COGS perseroan dalam denominasi dollar AS.

JPFA juga masih memiliki utang dalam bentuk surat utang sebesar $250 juta. Meskipun, sekitar 62,6% dari total utang tersebut telah menggunakan hedging di kisaran Rp 13.300 - 16.600.

Bahana menghitung, setiap pelemahan 1% rupiah terhadap dollar AS, bakal menggerus laba bersih Japfa sebesar 6,5%.

Pada awal tahun Bahana Sekuritas memperkirakan laba bersih JPFA akan naik sekitar 87% atau mencapai Rp 1,87 triliun pada akhir 2018, dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp 998 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×