kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini dampak inverted yield US Treasury pada IHSG


Selasa, 26 Maret 2019 / 19:32 WIB
Ini dampak inverted yield US Treasury pada IHSG


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa global kembali menghadapi tantangan. Yield treasury bill tiga bulan AS kembali bersilangan dengan tenor 10 tahun. Hal ini dianggap sebagai sinyal buruk bagi investor, karena menjadi sinyal resesi.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengungkapkan bahwa inverted yield tak berefek sama sekali terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ia bilang perkembangan inverted yield ini, bedanya cuma sedikit dan hanya terjadi sebentar. "Respons dari pelaku pasar yang selalu berlebihan. Penurunan IHSG kemarin sebenarnya memang sudah jenuh beli dan adanya gap yang diisi saja. Jadi menurut saya efek ke IHSG sebenarnya tidak ada," kata William, Selasa (26/3).

William pun melanjutkan bahwa dampak eksternal bagi bursa Indonesia di 2019 sangat kecil dan yang berpengaruh ke IHSG saat ini adalah pemilu. "Kalau kita lihat lima tahun ke belakang, penurunan IHSG akan selesai setelah pelantikan presiden baik baru atau tetap. Dan saya kira trend yang sama akan terulang tahun ini," lanjutnya.

Dari sisi saham, ia merekomendasikan untuk beli saham-saham sektor konstruksi seperti WIKA, WSKT, WTON, WSBP, ADHI dan PTPP dengan target harga untuk jangka menengah.

William bilang, WIKA boleh dibeli dengan target harga di level Rp 2.200 hingga Rp 2.500 per saham. Lalu WSKT juga boleh dibeli dengan target harga di level Rp 2.000 hingga Rp 2.150 per saham. Kemudian untuk WTON boleh beli dengan target harga di level Rp 600 hingga Rp 680 per saham. Untuk WSBP boleh dibeli dengan target harga di level Rp 400 hingga Rp 500 per saham. "Sementara untuk ADHI dan PTPP target harga masing-masingnya di level Rp 1.800 per saham dan Rp 2.300 hingga Rp 2.400 per saham," imbuhnya.

Analis Senior Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio juga ikut berpendapat bahwa inverted yield hanya sinyal resesi dan sifatnya hanya sementara. Sinyal tersebut langsung direspons turun oleh mayoritas bursa termasuk IHSG.

Bertoni melanjutkan bahwa efek pemilu akan jadi sentimen positif bagi IHSG. Dalam beberapa kali pemilihan umum, IHSG merespons positif dan catatkan penguatan. Kejatuhan IHSG saat ini sebaiknya dimanfaatkan untuk aksi beli guna cari return," ungkap dia.

Bertoni juga bilang, sentimen negatif dari eksternal hanya sifat sementara bagi pergerakan IHSG. "IHSG akan kembali rebound, jika ada kabar positif dari eksternal ke depannya sehingga bisa menutupi penurunan yang terakhir dan fokus ke sentimen domestik," lanjutnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini investor tengah menanti pengumuman dividen dan rilis kinerja kuartal I 2019 untuk jangka menengah. Maka ia merekomendasikan untuk beli sejumlah saham seperti GIAA, PTBA, AKRA, ANTM, WIKA, WSKT dan LPKR.

Bertoni bilang, target harga hingga kuartal ketiga 2019 GIAA di level Rp 600 per saham. Untuk PTBA target harganya di level Rp 5.000 per saham. Lalu AKRA target harganya di level Rp 5.500 per saham. Kemudian untuk WIKA dan WSKT, target harganya masing-masing di level Rp 2.200 per saham. Untuk LPKR target harganya di level Rp 500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×