kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Isu panas Harbolnas


Rabu, 12 Desember 2018 / 14:44 WIB
Isu panas Harbolnas


Reporter: Hendrika Yunapritta | Editor: Tri Adi

Saat membaca tulisan ini, barangkali, Anda sudah berhasil menutup beberapa transaksi dan merasa puas dengan harganya. Bisa jadi, Anda sukses mengangkut barang flash sale yang harganya cuma dua digit rupiah.

Seperti terjadi sejak 2012, Harbolnas tahun ini digadang-gadang pembelanja dan pedagang online. Pebisnis e-commerce, melalui asosiasi mereka, sudah berjanji tidak ada diskon palsu dan penggelembungan harga. Maklum, diskon palsu banyak dilakukan pedagang, baik konvensional maupun online. Di lain pihak, para pembeli pun bersiap membelanjakan uang mereka.

Harbolnas, layaknya Black Friday di Amerika Serikat dan Single Day di China, mencetak peningkatan transaksi tiap tahun. Tahun ini, SinAlibaba mencatatkan transaksi US$30 miliar atau sekitar Rp 438 triliun. Alibaba, dipercaya menguasai 90% transaksi Single Day.

Memang sih, kalau dilihat dari target transaksi Harbolnas tahun ini yang Rp 7 triliun, angka itu terlihat kecil dibanding perolehan Alibaba saja. Namun, antusiasme pembelanja Harbolnas tidak boleh diremehkan. Awalnya hanya diikuti 7 pebisnis e-commerce, tahun ini ada 140 peserta yang ikut menawarkan dagangan mereka. Biar begitu, yang paling sering diburu para calon pembeli hanya itu-itu saja.

Menurut hasil riset Cuponation, situs diskon yang punya jaringan di 19 negara, masyarakat banyak menelusuri Lazada, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan Zalora. Padahal, tahun ini Tokopedia tidak ikut Harbolnas 12–12.

Tentu di luar mereka berlima, berderet e-commerce merayu dompet pembelanja dengan bermacam promosi. Mereka gencar mengingatkan sejak pekan lalu, bahkan menggelar pemanasan pada 11–11.

Jangan heran, soalnya ekspektasi pelaku e-commerce pada Harbolnas begitu besar. Bukalapak mematok target transaksi naik 400%, sedangkan Shopee ingin mencatat transaksi 19 kali lipat dari perolehan mereka selama 11–11 yang lalu.

Mereka layak optimistis karena melihat respon para pembelanja. Jelas saja, konsumen mana yang tidak suka harga murah.

Namun, akhir pekan lalu, bank sentral, melalui manajer fintech office, mengingatkan e-commerce jadi salah satu penyebab pelemahan rupiah. Apa pasal? Karena banyak e-commerce yang menjual barang impor, bahkan ada pula yang mengirim langsung dari manca negara dengan harga murah. Inilah tugas berat regulator: menertibkan para pedagang dunia maya.•

Hendrika Y

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×