kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jokowi inginkan kebijakan pangan yang komprehensif


Selasa, 26 Juli 2016 / 15:37 WIB
Jokowi inginkan kebijakan pangan yang komprehensif


Sumber: Antara | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Pemerintah akan menyiapkan kebijakan ketahanan pangan yang lebih komprehensif. Ini untuk menjaga stabilitas harga komoditas pokok seperti beras, daging sapi, gula dan jagung yang masih dirasakan terlalu tinggi seusai Lebaran.

"Presiden menargetkan dalam tiga bulan ke depan, (strategi) kebijakan pangan dapat dijalankan. Ini nanti akan kita bahas lebih lanjut," kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, seusai memimpin rapat koordinasi mengenai ketersediaan dan stabilisasi harga pangan, Selasa (26/7).

Rapat koordinasi yang dihadiri ini oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan Menteri BUMN Rini Soemarno ini membahas perkembangan harga maupun ketersediaan pasokan bahan makanan seperti daging sapi, gula pasir maupun bawang merah.

Darmin memberi perhatian kepada harga gula pasir yang saat ini berada pada kisaran Rp 16.000 per kilogram (kg), jauh dari harga normal sekitar Rp 12.500 per kg. Meskipun, pasokan gula di tingkat global sedang menurun akibat perubahan musim yang menurunkan angka produksi.

Untuk itu, Bulog diharapkan mampu meningkatkan pasokan melalui pembelian dari pabrik-pabrik gula. Bahkan, apabila diperlukan Bulog bisa menambah kuota impor agar harga gula dalam negeri terjamin dalam kondisi normal.

"Kita perlu me-review lagi situasi (harga) pangan. Sekarang masih agak tinggi, daging, bawang, dan gula. Sementara beras lebih stabil," kata Darmin.

Terkait upaya stabilisasi harga daging sapi, Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah menerbitkan Permentan nomor 34 Tahun 2016 sebagai pengganti Permentan Nomor 58 Tahun 2015 tentang pemasukan karkas, daging, dan olahannya. Peraturan baru tersebut mengizinkan adanya impor potongan daging secondary cut dan jeroan kepada BUMN serta swasta, dan menghilangkan periodisasi impor.

Menurut Amran, upaya ini ditempuh untuk memenuhi kebutuhan pasokan daging sapi dalam negeri hingga akhir tahun. Apalagi harga daging dari bakalan dan "feedlot" cukup tinggi di pasaran.

"Harapannya, pakan untuk rakyat (jadi lebih) murah," ujar Amran yang juga menjamin kelayakan daging impor dan telah melalui pemeriksaan oleh Badan Karantina.

Menurut estimasi Kementerian Pertanian dan BPS, pasokan daging sapi pada akhir tahun akan mengalami surplus 35.000 ton, karena permintaan daging sapi periode Agustus hingga Desember 2016 mencapai 269 ribu ton, sehingga total persediaan mencapai 304 ribu ton.

Proyeksi itu termasuk penghitungan pemenuhan sapi kurban untuk hari raya Idul Adha, yang berdasarkan estimasi pada 2015, kebutuhannya mencapai 300.000 ekor sapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×