kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kementerian ESDM: Minyak jelantah bisa penuhi kebutuhan 32% biodiesel nasional


Sabtu, 17 April 2021 / 19:15 WIB
Kementerian ESDM: Minyak jelantah bisa penuhi kebutuhan 32% biodiesel nasional


Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebut ada potensi pemanfaatan 3 juta kiloliter (KL) minyak jelantah untuk kebutuhan 32% biodiesel nasional.

Subkoordinator Keteknikan Bioenergi Kementerian ESDM Hudha Wijayanto mengatakan, ada dua prinsip utama yang harus dipenuhi apabila menjadikan jelantah sebagai bahan baku biodiesel. Pertama, kualitas minyak jelantah harus mencapai standar spesifikasi biodiesel. Kedua, punya nilai keekonomian tinggi dan dapat diimplementasikan.

"Jika kedua prinsip tersebut bisa dipenuhi oleh biodiesel dari jelantah, maka potensi jelantah sebesar 3 juta kiloliter per tahun akan dapat memenuhi 32% kebutuhan biodiesel nasional," kata Hudha dalam keterangan resmi, Sabtu (17/4).

Pada kesempatan yang sama, Engagement Unit Manager Traction Energy Asia Ricky Amukti menegaskan keberadaan minyak jelantah sebagai bahan bakar biodiesel memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kesehatan.

Baca Juga: Indonesia berpotensi mengembangkan biodiesel dari bahan baku limbah pertanian

"Minyak jelantah yang dibuang sembarangan akan berpengaruh langsung terhadap lingkungan hidup. Jika menumpuk di selokan, akan menimbulkan bau dan air selokan jadi kotor. Jika terserap di tanah, kualitas tanah akan menurun," ujar Ricky.

Ricky menambahkan penggunaan biodiesel dari minyak jelantah ini akan menekan jumlah emisi karbon. Berdasarkan analisa Kementerian ESDM, biodisel sendiri berpotensi mengurangi 91,7% emisi karbon dibandingkan solar. "Jika memanfaatkan jelantah, kita tak perlu mengganti hutan dengan perkebunan kelapa sawit, yang justru berpotensi meningkatkan emisi karbon," tuturnya.

Melihat potensi besar tersebut, peluang ini ditangkap oleh pebisnis asal Makasar, Sulawesi Selatan Andi Hilmi sejak masih duduk di bangku SMA. "Ketika itu kami mengembangkan puluhan diversifikasi energi. Namun, yang paling ideal adalah biodiesel," kata Andi yang mempunyai usaha biodiesel berskala industri bermerek "GenOil" ini.

Selanjutnya: Pertamina janji percepat agenda transisi energi baru terbarukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×