kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemperin jalankan program vokasi yang terintegrasi industri menyambut era 4.0


Selasa, 12 Maret 2019 / 20:25 WIB
Kemperin jalankan program vokasi yang terintegrasi industri menyambut era 4.0


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemperin) tengah merancang strategi peningkatakan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mewujudkan Making Indonesia 4.0. Salah satu yang dilakukan Kemperin adalah melalui program link and match.

"Pembangunan SDM kita mengadopsi dual sistem dari Jerman, Rusia dan Swiss," jelas Sekretaris Jenderal Kemperin Haris Munandar, Selasa (12/3).

Haris menjelaskan, Kemperin telah memiliki sembilan SMK, 10 Politeknik, dua Akademik Komunitas, tujuh Balai Diklat Industri dan satu Balai Persatuan yang seluruh siswanya terserap menjadi tenaga kerja. "Tidak ada yang menanggur hanya menunggu tiga sampai enam bulan," ujar Haris.

Tahun ini, Haris menjelaskan bahwa Kemperin mendapatkan anggaran Rp 1,78 triliun yang akan digunakan untuk melatih 72.000 orang di Balai Diklat Industri. "Kita latih dan sertifikasi dan ditempatkan di tempat kerja. Jadi langsung kerja," imbuh dia.

Dalam era 4.0 Kemperin memang akan melakukan revitalisasi industri terutama untuk sektor manufaktur. Upaya ini dilakukan sebagai upaya mencapai angka net ekspor hingga 10% dari produk domestik bruto (PDB) hingga tahun 2030. Juga mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 6%-7% menjelang bonus demografi.

"Yang kita dorong bagaimana meningkatkan produktivitas," jelas dia.

Maka dalam diskusi Kemprin juga menyinggung perlunya peningkatan dalam Research&Development; (R&D) untuk mengembangkan inovasi. Untuk itu, Haris juga mengingatkan pentingnya super dudectible tax dalam mendorong program ini.

Dalam program tersebut, Kemperin fokus pada lima industri pengolahan non-migas yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan busana, industri otomotif, industri elektronik dan industri kimia. "Kelima industri tersebut memberi kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja," jelas Haris.

Dia memaparkan 60% tenaga kerja (dari 124 juta tenaga kerja) bekerja di lima sektor industri tersebut. Sedangkan 65% produksi untuk ekspor juga berasal dari kelima sektor industri tersebut.

Haris juga menjelaskan untuk pengembangan industri 4.0, Kementerian Keuangan telat menganggarkan Rp 280 miliar untuk pembangunan pusat inovasi dan pengembangan SDM yang representatif. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×