kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,51   -5,84   -0.63%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemtan: Milenial bisa manfaatkan teknologi untuk bisnis pertanian


Selasa, 25 Desember 2018 / 11:48 WIB
Kemtan: Milenial bisa manfaatkan teknologi untuk bisnis pertanian
ILUSTRASI. Panen Kentang


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - BOGOR. Saat ini tidak sedikit jumlah milenial yang enggan berusaha di sektor pertanian. Hal ini mengingat upah buruh tani yang kecil, harga komoditas pertanian yang dinilai kurang menguntungkan dan insentif yang minim.

Namun demikian Kepala Badan Penyuluhan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kemtan), Momon Rusmono menyebutkan bahwa anak milenial saat ini sangat berkontribusi di pertanian karena penguasaan teknologi. Data kemtan mencatat saat ini jumlah kelompok tani adalah 586.680 kelompok dengan jumlah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) 63.435 gapoktan.

“Anak-anak jaman milenial sudah memanfaatkan teknologi informasi, sudah menanfaatkan IPTEK sehingga anggapan seperti itu tidak benar. Dulu untuk mengelola lahan perlu 5-10 orang sekarang cukup 1 orang anak muda pakai mesin bisa sambil main Handphone, satu hari bisa 3 ha sendirian,” kata Momon di Bogor belum lama ini.

Ia melanjutkan bahwa saat ini berbeda, dimana petani kaum milenial bisa memanfaatkan internet untuk memudahkan proses pemasaran produk pertanian.

Ia juga menjabarkan saat ini petani bukan pekerjaan yang dekat dengan image ‘kotor’ karena adanya pemanfaatan teknologi yang semakin lama semakin dikuasai milenial. Ia menjelaskan saat ini yang mendaftar ke politeknik pertanian mencapai lebih dari 13.000 orang.

“Kalau dikatakan bahwa anak sekarang tidak tertarik di pertanian, buktinya yang daftar ke kami makin banyak. Sekarang petani tidak kotor-kotoran. Semuanya bisa diatasi dengan alat dan desinfektan. Itu yang akan kita siapkan untuk generasi milenial,” ujarnya.

Meski demikan Momon menjelaskan bahwa saat ini masalah yang sedang dihadapi adalah masalah kepemilikan lahan petani yang masih kecil dan segi ketramilan yang masih rendah. Hal inilah yang kedepannya perlu perbaikan untuk meningkatkan minat bertani di masa depan.

“Jadi permasalahn kita itu di Indonesia adalah kepemilikan lahan yang dibawah 0,3 sd 0,6 ha kepemilikan lahan petani. Dan yang kedua, petani dari segi keterampilan dan pendidikan masih 60% sampai 70% tamatan SD atau tidak sekolah, sehingga kemampuan dalam mengakses teknologi dan sumber permodalan ini yang akan kita perbaiki,” ungkapnya.

Momon menjelaskan bahwa saat ini Kementerian Pertanian memiliki 6 sekolah tinggi pertanian yang terbagi atas SMK Pertanian dan Politeknik pertanian. Bahkan kedepannya Kemtan akan mendirikan politeknik engineering pertanian bertaraf internasional dimana nantinya akan ada 3 program studi terkait mekanisasi pertanian, teknologi hasil pertanian dan teknologi tata air dengan melaksanakan ilmu pertanian terapan.

Momon berharap dengan adanya lembaga di sektor pertanian yang memberikan pelajaran di sektor tani, dapat menghasilkan sumberdaya manusia untuk membangun wirausaha dimana Pengembangan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) tahun ini mencapai 1.013 kelompok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×