kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konstruksi dua smelter Cakra Mineral diproyeksi selesai 2020


Senin, 22 Januari 2018 / 14:17 WIB
Konstruksi dua smelter Cakra Mineral diproyeksi selesai 2020
ILUSTRASI. Cakra Mineral Tbk


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cakra Mineral Tbk (CKRA) menargetkan penyelesaian konstruksi dua pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) Nikel Pig Iron (NPI) dan smelter baja bisa selesai pada tahun 2020.

Direktur and Corporate Secretary CKRA, Dexter Sjarif Putra mengatakan, saat ini untuk kedua pembangunan smelter itu sudah masuk ke tahapan feasibility study (FS) dan penyelesaian analisis dampak dan lingkungan (amdal).

Namun sayangnya ia tidak bisa menargetkan kapan FS dan amdal tersebut bisa selesai. Namun Dexter bilang, maksimum penyelesaian konstruksi bisa selesai dalam waktu 18 bulan – 24 bulan. Artinya, di tahun 2020 pembangunan dua smelter ini sudah bisa rampung.

“Betul (selesai 2020). Namun memang sebelumnya ada kendala dari FS karena index nickel di LME sempat di bawah US$ 8.000. Sehingga tidak feasible,” terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/1).

Asal tahu saja, CKRA tercatat sedang membangun dua unit smelter yakni smelter feronikel di Sulawesi Tenggara dan smelter baja di Aceh. CKRA telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan Zhe Jiang Baoli Mining Co. Ltd., dalam rangka kerja sama pembangunan smelter feronikel pada pertengahan 2014. Perseroan ini mencatat porsi kepemilikan 50,1% saham dalam smelter berkapasitas 48.000 metrik ton per tahun.

Sementara untuk proyek smelter baja yang akan dibangun di Aceh Tamiang, Aceh bekerja sama dengan Shanxi SuoEr Technology asal Tiongkok. CKRA mengantongi porsi kepemilikan 51% saham dalam proyek smelter berkapasitas 300.000 metrik ton per tahun tersebut.

Dexter mengatakan, untuk nilai investasi kedua smelter itu masih bisa berubah. Namun, sebelumnya investasi yang ditanam untuk smelter feronikel itu mencapai US$ 68 juta. Sedangkan untuk smelter baja mencapai US$ 55 juta.

Sementara CKRA sekarang ini sudah menggelontorkan dana masing-masing senilai US$ 15 juta untuk modal awal pembangunan smelter. Dana yang disediakan dari kas internal itu telah dialokasikan sejak 2014.

Sementara untuk bahan baku smelter feronikel, Dexter mengakui sudah melakukan penjajakan di beberapa tambang nikel di Sulawesi Tenggara. Sedangkan untuk smelter baja, bahan bakunya diperoleh dari tambang milik sendiri yaitu PT Persada Indo Tambang dan beberapa tambang lokal. “Semua hasil smelter nanti akan diekspor ke China,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×