kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kunjungan meningkat, omzet peritel dan penyewa pusat belanja naik hingga 30%


Minggu, 16 Mei 2021 / 15:14 WIB
Kunjungan meningkat, omzet peritel dan penyewa pusat belanja naik hingga 30%
ILUSTRASI. Kinerja sektor ritel terus merangkak naik baik dari sisi tingkat kunjungan maupun omzet yang dicetak para penyewa pusat perbelanjaan.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor ritel terus merangkak naik baik dari sisi tingkat kunjungan maupun omzet yang dicetak para penyewa pusat perbelanjaan. Momentum Ramadan dan lebaran Idul Fitri semakin mendongkrak bisnis peritel.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah memotret pertumbuhan sektor ritel di pusat perbelanjaan dengan membandingkan kondisi saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro.

Pengetatan dan pelonggaran kebijakan pembatasan sosial menjadi penentu kinerja ritel selama masa pandemi. Terutama dari sisi jam operasional dan juga tingkat keyakinan masyarakat untuk mengunjungi pusat perbelanjaan.

"Dari Maret-April 2021 sudah ada kenaikan karena (pembatasan sosial) sudah diperbaiki. Terbukti di Lebaran ini mal ramai, beberapa antre tapi konteksnya masih teratur untuk pusat belanja. Flow-nya masih sesuai protokol kesehatan," kata Budihardjo kepada Kontan.co.id, Minggu (16/5).

Baca Juga: APPBI prediksi kunjungan ke pusat perbelanjaan kembali melandai pasca lebaran

Dengan diberlakukannya PPKM mikro, ada pelonggaran jam operasional pusat belanja dan mal dari yang semula tutup jam 19.00 menjadi 21.00. Akibatnya, pengunjung pusat perbelanjaan pada Maret-April naik bertahap sekitar 10%, hingga puncaknya mencapai 30%-50% pada bulan Mei atau saat momentum Lebaran.

Secara rerata, Budihardjo menggambarkan bahwa dengan tingkat kunjungan yang naik hingga 50% tersebut, omzet peritel bisa naik sekitar 30%. Perbandingan dilakukan dengan mengacu pada masa pemberlakuan pembatasan sosial ketat dengan yang sudah diperlonggar melalui PPKM mikro.

Kenaikan tingkat kunjungan dan omzet tersebut merata dihampir semua segmen ritel. Baik yang berbentuk super dan hipermarket, grosir maupun minimarket. " Ritel fashion, sepatu, tas, toko obat, optik, salon juga ramai. Bulan Mei semua sektor ramai," kata Budihardjo

Meski begitu, kenaikan pada momentum ramadan-lebaran belum tentu dapat bertahan setelahnya. "Mungkin akan melandai setelah selesai libur (Lebaran). Kita nggak tau besok bagaimana, tapi pasti akan makin turun," ujarnya.

Asal tahu saja, ada dua momentum masa puncak bisnis ritel, yakni saat Ramadan-Idul Fitri dan masa Natal-Tahun Baru. Momentum Ramadan-Idul Fitri bisa menyumbang 30% dari omzet tahunan peritel.

Budihardjo mengakui, meski kunjungan dan penjualan ritel pada momentum lebaran tahun ini lebih tinggi dibandingkan lebaran tahun lalu, namun kondisi ini belum bisa dikatakan pulih seperti level normal sebelum pandemi. "Pembatasan kan tetap ada. Kalau dibandingkan 2019 masih belum (pulih). Tapi sudah jauh lebih baik dibandingkan 2020," tambahnya.

Namun, tren pemulihan yang terdongkrak masa lebaran ini menjadi modal yang positif bagi ekosistem ritel di Indonesia. Dengan penjualan dan omzet yang meningkat, peritel bisa memutarkan uangnya ke pemasok (supplier) hingga menggerakkan industri lainnya.

"Lebaran ramai, ekonomi berputar. Jadi di bulan depan ada pondasi untuk persiapan. Bisa bayar ke supplier lalu uang berputar, ekosistem bergerak. Ini modal yang baik untuk pemulihan ritel dan ekonomi," kata Budihardjo.

Selanjutnya: Pengusaha ritel menolak lockdown pusat belanja dan ritel di masa Lebaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×