kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Manis dan pahit triwulan pertama 2019 bagi emiten grup Lippo


Minggu, 05 Mei 2019 / 14:00 WIB
Manis dan pahit triwulan pertama 2019 bagi emiten grup Lippo


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kuartal I tahun 2019 telah berlalu. Beberapa emiten sudah merilis hasil kinerja perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Laiknya usaha pada umumnya, untung dan rugi perusahaan sudah menjadi bagian dari perniagaan.

Seperti misalnya dapat kita tilik dalam kinerja perusahaan yang tergabung dalam Group Lippo, sebuah gugusan perusahaan yang awalnya didirikan oleh keluarga Riady. Bila kita lihat, paling tidak ada 12 perseroan grup itu yang melantai di bursa. Selama triwulan kuartal I, kinerja perusahaan itu pun bermacam-macam.

Pendapatan terbesar dari grup tersebut dipimpin oleh salah satu unit properti yaitu PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Selama kuartal I tahun 2019 LPCK, berhasil meraih pendapatan sebesar Rp 151,1 miliar. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 87% bila dibandingkan kuartal I tahun 2018.

Setelah LPCK, perusahaan grup Lippo yang mengalami pertumbuhan pendapatan signifikan adalah PT Siloam International Hospitals (SILO). Perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa kesehatan itu mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 18,75% dibanding kuartal I tahun lalu atau sebesar Rp 1,71 triliun selama kuartal I tahun ini.

Setelah SILO, PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk menjadi penyumbang pertumbuhan pendapatan yang cukup besar selanjutnya. Tercatat, pertumbuhan pendapatan perusahaan sektor jasa pariwisata itu mencapai 15,52% bila dibandingkan kuartal I tahun lalu. Triwulan ini, pendapatan perusahaan tersebut mencapai Rp 45,5 miliar.

Selain itu unit properti grup Lippo yang lain tercatat juga mengalami pertumbuhan pendapatan. Pada kuartal I tahun ini PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,8 triliun atau tumbuh sebesar 12% dibandingkan kuartal I tahun lalu.

Pertumbuhan pendapatan itu juga diikuti oleh pertumbuhan laba yang cukup menarik. Ambil contoh LPCK. Pada kuartal I tahun ini perusahaan yang dikenal sebagai pengembang mega proyek Meikarta itu meraih pertumbuhan laba sebesar 28,7% bila dibanding kuartal I tahun lalu dan menempatkan laba perusahaan sebesar Rp 399 miliar.

Atau coba tengok laba yang diperoleh GMTD. Perusahaan itu meraih pertumbuhan laba hingga 55%. Pada kuartal I tahun lalu, laba perusahan itu tercatat sebesar Rp 5,14 miliar. Sedangkan pada kuartal I tahun ini, laba perusahaan tercatat sebesar Rp 7,97 miliar.

Unit usaha rumah sakit Lippo Group, SILO juga mengalami pertumbuhan keuntungan yang lumayan. Pada kuartal I tahun lalu, laba yang diperoleh perusahaan hanya sebesar Rp 493 juta rupiah saja. Sedangkan dalam rentang yang sama di tahun ini, laba perusahaan melesat di angka Rp 3,32 miliar.

Meski begitu tak semua pertumbuhan pendapatan tersebut membuat perusahaan meraih laba. Misalnya, LPKR yang di awal disebutkan mengalami pertumbuhan pendapatan 12%. Pada kuartal I tahun ini, laba perusahaan pengembang itu malah turun drastis sebesar 62,12% di angka Rp 50 miliar. Malah, pada kuartal I tahun lalu, perusahaan meraih laba sebesar Rp 132 miliar.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tak seperti yang sudah dijabarkan di awal, unit department store milik Lippo malah mengalami penurunan pendapatan. Tercatat selama kuartal I tahun 2019, pendapatan PT Matahari Department Store (LPPF) mengalami penurunan tipis sebesar 1,73% dari Rp 1,96 miliar pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 1,92 miliar pada tahun ini.

Tak hanya untung, beberapa perusahaan grup Lippo juga mengalami buntung. Entah dari merosotnya pendapatan atau yang terparah malah dengan menuai kerugian. Ada beberapa perusahaan Lippo Group yang mengalami kemerosotan pendapatan. PT First Media Tbk (KBLV) mengalami penurunan pendapatan yang paling yakni dalam hingga 77%.

Pada triwulan pertama tahun ini, perusahaan hanya mampu meraup pendapatan sebesar Rp 50 miliar saja. Padahal pada kuartal I tahun lalu, pendapatan perusahaan mencapai Rp 220,5 miliar.

Penurunan itu disinyalir tak lepas dari penutupan lini bisnis perusahaan yaitu PT Internux, PT First Media dan PT Jasnita Telekomindo yang tersandung pemutusan frekuensi radio oleh Kemkominfo.

Setelah KBLV, unit ritel grup Lippo juga mengalami kinerja kurang manis pada triwulan pertama tahun ini. PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) mengikuti KBLV dengan presentase kehilangan pendapatan mencapai 31,6%, kedua terbesar di antara grup Lippo lainnya. Pendapatan MPPA pada tahun lalu mencapai Rp 2,91 miliar. Sedangkan pada kuartal I tahun ini, pendapatan MPPA hanya berada di kisaran Rp 1,99 miliar.

Setelah MPPA, PT Multi Polar Tbk (MLPL) mengikuti dengan presentase pendapatan yang menurun sebesar 27,7%. Pendapatan MLPL pada kuartal I tahun ini sebesar 2,73 miliar. Sedangkan pada rentang yang sama di tahun lalu, pendapatan MLPL padahal mencapai Rp 3,77 miliar.

Selain penurunan pendapatan, bentuk kebuntungan perusahaan yang lain juga dapat ditilik dari penurunan laba yang dialami oleh perusahaan. LPPF misalnya mengalami penurunan laba hingga 42,2%. Penurunan ini cukup dalam bila dibandingkan kuartal I tahun lalu dimana laba perusahaan mencapai Rp 246,73 miliar. Sedangkan pada kuartal I tahun ini hanya mencapai Rp 142, 51 miliar.

Kalau dari kerugian, grup Lippo yang mengalami kerugian terbesar adalah MPPA. Nilai kerugian perusahaan mencapai Rp 112, 69 miliar pada triwulan pertama tahun ini. Meski bila dibanding kuartal I tahun lalu perusahaan masih sama-sama mengalami kerugian, namun kondisi itu masih lebih baik. Apa bila dibandingkan posisi kerugian kuartal I tahun laluRp 159,81 miliar.

Setelah MPPA, unit lain yang mengalami kerugian cukup banyak adalah MLPL. Tercatat kerugian perusahaan pada kuartal I tahun itu sebesar Rp 31,58 miliar. Kondisi tersebut bisa dibilang mengalami perkembangan mengingat pada tahun lalu kerugian perusahaan mencapai Rp 383,9 miliar.

Sedangkan MLPT meski mengalami kerugian sebesar Rp 31,58 miliar pada kuartal I tahun ini, namun masih berada dalam kondisi yang lebih baik. Hal tersebut mengingat kerugian pada tahun lalu mencapai Rp 383, 99 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×