kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45937,81   9,46   1.02%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mayoritas saham pendatang baru naik


Selasa, 11 Juli 2017 / 10:20 WIB
Mayoritas saham pendatang baru naik


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Di semester pertama tahun ini, ada 18 perusahaan yang menggelar initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari jumlah tersebut, tak semua sahamnya berkinerja positif. Ada emiten yang mencatatkan kinerja saham negatif sejak IPO.

Setidaknya ada empat emiten yang harga sahamnya merosot pasca IPO. Penurunan paling parah dialami Nusantara Pelabuhan Handal (PORT). Harga sahamnya minus 15,51% sejak IPO pada 16 Maret. Kala itu, PORT menetapkan harga Rp 535 per saham. Kemarin (10/7), harga PORT ditutup di level Rp 452 per saham.

Saham lainnya yang masih negatif adalah Hartadinata Abadi (HRTA) yang turun 0,66%, Buyung Poetra Sembada (HOKI) minus 0,66% dan Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma (CARS) yang menyusut 8,85%.

Meski demikian, sebagian besar saham anyar di BEI masih mencatatkan kinerja positif. Dari 18 saham baru, sebanyak 14 saham tercatat tumbuh.

Misalnya, saham Pelayaran Tamarin Samudra (TAMU) yang melejit 1.472,72% sejak IPO. Emiten pelayaran ini mematok harga IPO Rp 110 per saham. Hingga kemarin, saham TAMU bertengger di posisi Rp 1.730 per saham. "Pertumbuhan saham menunjukkan fundamental yang bagus dari perusahaan," ujar analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji, kepada KONTAN, Senin (10/7).

Secara teknikal, kata dia, ada beberapa saham yang mengalami fase akumulasi, yakni membentuk pola uptrend ke depan. Semisal, saham Sariguna Primatirta (CLEO), Forza Land Indonesia (FORZ) dan Cahayasakti Investindo Sukses (CSIS).

Sementara, emiten yang mengalami pertumbuhan saham ribuan persen, sudah cukup mahal. "Yang lain secara teknikal sudah sangat bullish, sebaiknya tunggu koreksi sehat," ungkap Nafan.

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat, mengapresiasi upaya BEI yang bisa mengerek jumlah IPO emiten. Namun dia mencermati rata-rata nilai kapitalisasi perusahaan baru relatif kecil, yakni di bawah Rp 1 triliun. "Jika saya cermati, sejak WSBP (Waskita Beton Precast) IPO tahun lalu, belum ada IPO yang menarik," ungkap dia, kemarin.

Meski demikian, jika suatu hari memiliki kinerja fundamental bagus dan harga yang murah, emiten anyar berkapitalisasi mungil ini bisa menjadi pilihan. 

Namun, hal tersebut membutuhkan waktu. Investor harus melihat bagaimana perkembangan kinerja perusahaan di masa mendatang. "Mungkin akan tampak dua hingga tiga tahun mendatang," ujar Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×