kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membaiknya data ekonomi berpotensi dorong emiten sektor keuangan


Senin, 24 Juni 2019 / 19:29 WIB
Membaiknya data ekonomi berpotensi dorong emiten sektor keuangan


Reporter: Yoliawan H | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor keuangan menjadi salah satu sektor yang masih bertumbuh cukup baik di atas rata-rata indeks harga saham gabungan (IHSG). Data Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (24/6) menunjukkan, sektor keuangan secara year to date (ytd) sudah tumbuh 9,71%, jauh di atas IHSG yang baru tumbuh 1,52% ytd.

Selain itu, sektor keuangan bahkan menjadi saham yang paling besar memberikan kontribusi terhadap pergerakan IHSG yang masih positif. Adapun saham-saham besar pendorong IHSG di sektor keuangan adalah BBCA (anggota indeks Kompas100) yang tumbuh 13% ytd, BBRI (anggota indeks Kompas100) tumbuh 17,8% ytd dan BMRI (anggota indeks Kompas100) tumbuh 8,1% ytd.

Dari sisi kapitalisasi pasar juga masih dipimpin oleh sektor keuangan. BBCA tercatat sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar yakni Rp 717 triliun atau setara dengan 10% dari total kapitalisasi pasar IHSG, disusul oleh BBRI sebesar Rp 526 triliun atau setara dengan 7,4%. Kemudian BMRI sebesar Rp 368 triliun atau setara dengan 5,1%.

Beberapa faktor disinyalir membuat sektor keuangan masih terus moncer antara lain dari data ekonomi yang sudah menunjukkan perbaikan dan pertumbuhan kredit kredit atau pembiayaan yang masih sesuai dengan target yang ditetapkan.

Menanggapi kondisi tersebut, Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji mengatakan, bahwa ekspektasi berakhirnya era suku bunga yang tinggi akan membuat kepercayaan diri pelaku pasar atas sektor keuangan semakin besar. Selain itu, rilis data ekonomi seperti neraca dagang membuat sektor keuangan akan semakin berpotensi untuk terus tumbuh.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia Mei 2019 mengalami surplus sebesar US$ 207,6 juta. Surplus neraca perdagangan ini disebabkan oleh surplus nonmigas sebesar US$ 1,18 miliar, sementara defisit migas sebesar US$ 977,6 juta.

“Sektor keuangan menjadi penopang perekonomian sehingga akan cepat merespon positif apabila ada perbaikan ekonomi,” ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Senin (24/6). Nafan pun menambahkan, penyaluran kredit yang masih tumbuh dua digit menggambarkan sektor keuangan masih optimum.

Bank Indonesia (BI) mencatat pada April 2019 lalu pertumbuhan kredit perbankan masih tumbuh 11,01% yoy. Angka tersebut masih sejalan dengan target regulator yakni 12% yoy.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Chris Apriliony mengatakan, baiknya pergerakan saham sektor keuangan lebih karena stabilitas ekonomi nasional yang dinilai cukup baik di tengah ketidakpastian ekonomi global, ditambah peringkat investasi dari lembaga pemeringkat S&P mengundang investasi asing untuk masuk ke pasar modal Indonesia.

“Dana asing yang masuk ke Indonesia lebih banyak menyasar kepada sektor perbankan karena market capital-nya yang besar sehingga hal ini menjadi pendorong juga untuk IHSG,” ujar Chris kepada Kontan.co.id. Data BEI menunjukkan bahwa arus dana asing masih tercatat positif. Tercatat aksi beli bersih dari investor asing di pasar modal Indonesia sebesar Rp 55,91 triliun secara ytd.

Chris menambahkan, karena acuan ekonomi juga tergambarkan dari sektor keuangan itu sehingga ketika ekonomi Indonesia dianggap cukup baik, maka sektor keuangan akan menunjukkan performa kinerja yang baik seperti penyaluran kredit yang baik, likuiditas keuangan yang baik, pembayaran kredit yang baik hal ini menandakan bahwa ekonomi suatu negara cukup baik.

“Ke depan sektor keuangan akan menanti sentimen positif dari penurunan suku bunga. Untuk sentimen yang diwaspadai yaitu sentimen neraca perdagangan karena dapat mempengaruhi pelemahan rupiah jika masih kembali mencatatkan defisit,” ujar Chris.

Di kondisi tersebut, Nafan masih merekomendasi saham sektor keuangan yang masih cukup murah dan memiliki kinerja baik seperti BBNI (anggota indeks Kompas100) dengan akumulasi beli di rentang Rp 8.750 sampai Rp 8.850 per saham dengan target harga terdekat Rp 9.025 per saham. Serta BMRI dengan target harga Rp 8.650 per saham.

Chris sendiri merekomendasikan saham BBNI dan BNGA (anggota indeks Kompas100) yang cukup murah untuk di koleksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×