kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memetik manis bisnis kuliner berbasis buah


Sabtu, 28 April 2018 / 11:10 WIB
Memetik manis bisnis kuliner berbasis buah


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Gaya hidup sehat yang menjangkiti masyarakat perkotaan mendorong konsumsi makanan sehat kian meningkat. Buah-buahan menjadi salah satu jenis makanan yang menjadi buruan.  

Melihat peluang yang cukup bagus ini, para pengusaha kuliner pun segera berkreasi. Mereka menguji coba berbagai produk inovatif dengan menciptakan aneka makanan berbahan dasar buah-buahan.

Ishak Helwinsyah, pemilik MR D Cake salah satunya. Ia mengolah buah naga merah menjadi kue bolu serta sambal. Meski produk ini bisa dibilang tidak biasa, kue bolu dan sambel bikinan Ishak laris manis diserbu konsumen.

Selain ingin menyajikan olahan buah naga yang berbeda tanpa meninggalkan kandungan kesehatan di dalamnya, melalui kedua produk ini, Ishak juga ingin mempromosikan buah naga sebagai komoditas buah khas Balikpapan, Kalimantan Timur.

Mendapatkan respon baik dari pasar, Ishak pun semakin bersemangat untuk menciptakan varian produk baru dari buah-buhan. Sampai sekarang, ada lima jenis buah yang dia racik sebagai bahan baku bolu, yaitu cempedak, pisang, buah naga merah, durian, dan singkong (tape).

Dalam sebulan, total poduksinya mencapai 3.000-4.000 boks. Ishak dibantu lima orang karyawan untuk membuat berbagai produk olahan buahnya.  

Ia mematok harga bolu mulai Rp 35.000 sampai Rp 50.000 per boks. Sayangnya, dia enggan menyebutkan total omzet yang dikantonginya.

Aktif memasarkan produknya melalui gerai offline serta rajin ikut dalam ajang pameran, membuat jangkauan konsumennya cukup luas. Selain melayani konsumen dalam kota, Ishak juga sering mengirimkan produknya ke Aceh, Malang, Bangka Belitung, Surabaya, dan kota-kota lainnya.

Pengusaha kuliner yang tertarik mengolah buah sebagai salah satu bahan baku makanan adalah Shelly. Namun, ia khusus mengolah salak, hingga gerainya bernama Salakku.
Ide usahanya ini muncul dari ketidaksukaannya  mengupas buah salak. "Saya ingin memberikan cara mudah dan enak makan salak," katanya pada KONTAN.
Dua tahun lalu membuka Salakku, Shelly hanya membuat asinan dan brownies salak. Kini, muncul produk baru yang bisa menjadi pilihan konsumen, yaitu sambal ebi salak, sari salak, dan kripik salak.

Dalam satu minggu, kebutuhan salaknya mencapai 20 kg. Perempuan berusia 40 tahun ini mengaku cukup mudah untuk mendapatkan salak, hanya harganya yang fluktuatif.
Saat harga sedang tinggi, mau tidak mau dia harus rela mengantongi laba tipis karena dia enggan menaikkan harga jual produk. Dia mematok harga produknya mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 65.000 per kemasan.      

Harus mampu menjaga kualitas produk dan tak lelah inovasi

Tingginya minat makanan dengan bahan baku buah-buahan dipandang positif oleh para pelaku usahanya. Ishak Helwinsyah, pemilik MR D Cake asal Balikpapan, Kalimantan Timur menilai potensi usaha ini masih bakal moncer hingga beberapa tahun ke depan. Sebab, pasar yang belum tergarap masih sangat banyak.

Namun, dia juga harus siap dengan kendala yang terjadi. Khususnya soal pasokan bahan baku. Maklum, Ishak banyak menggunakan buah musiman seperti cempedak dan durian. Ia pun sering menyimpan stok bahan baku dalam kondisi beku.  

Selain itu, Ishak juga harus siap berhadapan dengan pesaing. Menyusul kesuksesan Ishak, pemain baru ramai bermunculan.

Namun, Ishak tak risau. Ia terus berinovasi dan menjaga kualitas produknya. "Kalau pasar mulai sepi, saya luncurkan varian baru untuk menarik perhatian konsumen," katanya.

Untuk memperkenalkan produknya, Ishak punya strategi jitu. Yakni, berjualan lewat gerobak sehingga bisa dengan cepat menjangkau pasar. Selain itu, dia juga getol ikut dalam ajang pameran skala nasional.

Kedepan, dia berharap dapat melebarkan sayap bisnisnya dengan memiliki cabang dikota-kota lainnya. Ishak menawarkan konsep kemitraan. Meski konsep ini baru meluncur awal 2018, sudah ada satu calon mitra yang ingin menjalin kerjasama dengan Ishak.

Shelly, pemilik usaha Salakku asal Bekasi, Jawa Barat pun menilai potensi bisnis kuliner olahan buah ini masih sangat besar mengingat besarnya pasar yang belum dapat dijangkau. Selain itu, jenis buah yang digunakan merupakan buah asli Indonesia.

Berbeda dengan Ishak, kendala yang dia hadapi saat ini adalah masa kadaluarsa produk yang cepat. Seperti asinan salak buatannya yang masa ketahanannya kurang dari lima hari. Alhasil, dia harus membuat pesanan satu atau dua hari mendekati waktu yang telah ditentukan.

Lainnya, dia mengeluhkan tentang kemasan produk yang sampai sekarang masih harus dipesannya melalui media online.

Meski sudah dua tahun menjalani usaha dan sudah dikenal, tidak membuat perempuan berusia 40 tahun ini berhenti berpromosi. Dia banyak mengikuti pelatihan dan kompetisi untuk mengenalkan produk ke konsumen.

Shelly pun merasakan persaingan sudah mulai ketat. Namun, dia tak terpengaruh oleh para pemain baru yang bermunculan. Sebab, Shelly yakin, pelanggan tidak akan kabur saat kualitas produknya tetap terjaga. "Branding merek saya sudah sangat melekat di pasar, " tambahnya.

Selain itu, untuk mengusir kebosanan, Shelly rajin membuat varian baru. Meski untuk  menemukan formula yang pas, dia harus melewati masa uji coba selama setahun. Dia pun sempat mendapati brownies miliknya rusak karena salak telah berfermentasi sehingga rasa kuenya menjadi asam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×